Video

Kisah & Julukan 8 Presiden Indonesia, Dari Mulyono Hingga “Tai Kering”

×

Kisah & Julukan 8 Presiden Indonesia, Dari Mulyono Hingga “Tai Kering”

Sebarkan artikel ini

KOROPAK.CO.ID – Beberapa Presiden Indonesia ternyata memiliki nama asli yang berbeda dari nama yang dikenal publik. Soekarno bukanlah nama asli Presiden Soekarno, begitu pula Jokowi, yang bukan nama asli Presiden Joko Widodo.

Selain nama asli yang berubah, julukan unik juga melekat pada para pemimpin negeri ini, yang kadang mengundang tawa atau menyiratkan kisah menyedihkan.

Bayangkan, ada yang mendapat julukan “jerapah,” bahkan yang lebih mengejutkan, ada yang dipanggil “tai kering.” Julukan-julukan ini benar-benar di luar bayangan kita. Di samping itu, setiap presiden juga punya gelar yang mencerminkan kontribusi dan karakter mereka, yang membuat sejarah semakin menarik.

Yuk, simak kisah mereka di video ini.

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, sebenarnya lahir dengan nama Kusno Sosro Diharjo. Namun, karena sering jatuh sakit saat masih kecil, kedua orang tuanya memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Soekarno.

Langkah ini diambil berdasarkan kepercayaan tradisional Jawa yang meyakini bahwa mengganti nama dapat membawa keberuntungan dan kesehatan bagi sang anak.

Di masa perjuangan kemerdekaan, sosoknya lebih dikenal sebagai Bung Karno. Setelah menjadi presiden, sangat jarang ada yang memanggilnya dengan nama asli, kecuali segelintir orang seperti istri keduanya, Inggit Garnasih.

Bung Karno memainkan peran krusial dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, terutama saat ia membacakan teks proklamasi pada 17 Agustus 1945. Karena kontribusinya yang luar biasa dalam perjuangan bangsa, ia pun dikenal sebagai Bapak Proklamator.

Presiden Suharto, seperti kebanyakan orang Jawa, memiliki nama yang sederhana, hanya terdiri dari satu kata: Suharto.

Semasa kecil di desa Kemusuk, Yogyakarta, ia kerap mendapat ejekan dari teman-temannya yang memanggilnya “Den Bagus Tai Mabul,” Dalam bahasa Indonesia, julukan ini bisa diterjemahkan menjadi “Raden Bagus Tai Kering.” Meski terdengar lucu, ada sisi ngenes juga di balik julukan tersebut.

Di usia lanjut, Pak Harto menambahkan nama “Muhammad” di depan namanya, sehingga menjadi Muhammad Soeharto.

Walaupun masa kepemimpinannya penuh kontroversi, tidak bisa dipungkiri bahwa ia berhasil memulihkan perekonomian Indonesia yang sempat dilanda inflasi parah di tahun 1960-an.

Berkat fokusnya pada pembangunan dan perencanaan ekonomi, termasuk program Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), Pak Harto dikenang sebagai Bapak Pembangunan, dengan banyak inisiatifnya menjadi fondasi penting bagi pembangunan nasional.

Presiden B.J. Habibie, yang memiliki nama asli Bahrudin Yusuf Habibie, dikenal dengan panggilan “Rudi” saat muda.

Baca: Kala Presiden Soekarno Lolos dari Upaya Pembunuhan DI/TII

Ketika bekerja di perusahaan penerbangan di Jerman, Pak Habibie mencetuskan sebuah metode yang akhirnya merevolusi dunia aviasi, yakni teori perambatan retak. Berkat penemuannya ini, ia dikenal dengan julukan “Mr. Crack.”

Teori perambatan retak dikembangkan untuk mengatasi banyaknya kecelakaan pesawat yang disebabkan oleh kegagalan struktural pada waktu itu.

Temuan ini menjadi langkah penting dalam meningkatkan keamanan penerbangan. Karena prestasi luar biasanya dalam teknologi dirgantara, Pak Habibie pun dijuluki sebagai Bapak Teknologi.

Salah satu kebanggaan terbesar dalam kariernya adalah proyek pembuatan pesawat N250 Gatotkaca, yang menjadi pesawat pertama buatan Indonesia dan simbol kebangkitan industri penerbangan nasional.

Presiden Abdurrahman Wahid, yang lebih akrab disapa Gus Dur, sebenarnya lahir dengan nama Abdurrahman Ad-Dakhil. Nama “Ad-Dakhil” memiliki arti “sang penakluk” dalam bahasa Arab. Namun, karena nama tersebut kurang dikenal, ia kemudian menggunakan nama Abdurrahman Wahid.

Julukan “Gus Dur” berasal dari tradisi pesantren. “Gus” adalah kependekan dari “Bagus,” sebuah gelar kehormatan yang lazim diberikan kepada putra seorang kiai di Jawa Timur dan Jawa Tengah, menandakan latar belakangnya yang berasal dari keluarga ulama terkemuka.

Gus Dur sangat dikenal atas perannya dalam mempromosikan toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Salah satu langkah bersejarah yang diambilnya adalah menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional pada 9 April 2001, sebuah keputusan revolusioner mengingat perayaan Imlek di tempat umum sempat dilarang selama masa Orde Baru. Atas upaya dan kebijakan-kebijakannya, Gus Dur pun dikenang sebagai Bapak Pluralisme.

Presiden Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947 dengan nama lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri.

Sebagai anak kedua dari lima bersaudara, ia memiliki masa kecil yang penuh keceriaan di Istana. Ketika masih muda, Bu Mega sering dipanggil dengan sebutan “Adis” atau “Ega.”

Baca: Sejarah Presiden Soeharto Mencanangkan Program Wajib Belajar 9 Tahun

Bu Mega dikenal sebagai anak yang lincah dan penuh semangat. Di lingkungan istana, ia sering bermain bola bersama kakaknya, Guntur, serta ikut memanjat pohon dan memetik buah.

Ia juga sering bermain petak umpet dengan Mutia Hatta, putri dari Mohammad Hatta, yang usianya hanya terpaut dua bulan dengannya.

Sebagai presiden, Megawati memainkan peran penting dalam memperkenalkan sistem pemilihan langsung presiden dan wakil presiden, serta pemilihan anggota legislatif, kepada masyarakat Indonesia.

Kontribusinya dalam memperkuat prinsip-prinsip konstitusional negara membuatnya dikenal sebagai Ibu Penegak Konstitusi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, atau yang lebih dikenal dengan inisial SBY, ternyata memiliki panggilan masa kecil yang sederhana: “Sus.” Begitulah kedua orang tua dan teman-teman masa kecil memanggilnya.

Namun, saat menjalani pendidikan militer, ia justru mendapat julukan lain yang cukup unik, yaitu “Jerapah,” karena tubuhnya yang tinggi dan jangkung dibanding rekan-rekannya.

Selama menjabat sebagai presiden, SBY mendapat julukan sebagai Bapak Perdamaian. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia aktif berperan dalam berbagai inisiatif perdamaian, baik di dalam negeri maupun internasional.

Salah satu pencapaian bersejarahnya adalah Perjanjian Perdamaian Aceh pada 2005, yang berhasil mengakhiri konflik panjang di wilayah tersebut. Selain itu, SBY juga mendirikan Indonesia Peace and Security Center (IPSC), sebuah pusat pelatihan dan koordinasi untuk menjaga perdamaian dan keamanan

Presiden Joko Widodo, yang lahir pada tahun 1961 di Solo, memiliki nama asli Mulyono, yang dalam bahasa Indonesia berarti “mulia.” Namun, nama tersebut tidak bertahan lama.

Saat kecil, Pak Jokowi sering sakit-sakitan, dan dalam tradisi Jawa, jika seorang bayi laki-laki mengalami sakit berkepanjangan, sering kali nama yang diberikan dianggap terlalu berat, sehingga harus diganti.

Akhirnya, orang tuanya mengganti namanya menjadi Joko Widodo, di mana “Widodo” sendiri memiliki makna sejahtera dan selalu sehat.

Baca: 23 Juli: Megawati Soekarnoputri Dilantik sebagai Presiden Pertama Wanita RI

Ketika dewasa dan berkarier sebagai pengusaha kayu, seorang rekan bisnis asal Prancis mulai memanggilnya “Jokowi.” Nama panggilan ini awalnya digunakan untuk membedakan Joko dari banyak rekanan bisnisnya, namun tak disangka, akronim Jokowi pun terus melekat hingga kini.

Selama masa kepemimpinannya sebagai presiden, Pak Jokowi dikenal dengan upayanya yang besar dalam pembangunan infrastruktur, terutama di daerah-daerah terpencil yang sebelumnya terabaikan.

Berkat dedikasinya dalam memperbaiki konektivitas dan aksesibilitas, ia pun dijuluki sebagai Bapak Infrastruktur.

Presiden Prabowo Subianto lahir pada tahun 1951 dengan nama lengkap Prabowo Subianto Djoyo Hadikusumo. Masa kecilnya ditandai dengan sering berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain, akibat ayahnya, Sumitro Djoyo Hadikusumo, yang merupakan musuh politik Orde Lama.

Panggilan masa kecilnya adalah “Bowo,” yang diambil dari nama depannya, Prabowo. Ketika menempuh pendidikan militer dan memulai karirnya di angkatan bersenjata, Pak Prabowo sering dipanggil “Kancil” oleh rekan-rekannya.

Meskipun memiliki julukan tersebut, ia dikenal sebagai sosok yang pemberani. Selain “Kancil,” ia juga akrab dipanggil “Pandu.”

Saat menjabat sebagai kapten dan Wakil Komandan Satuan Anti-Teror 81 Kopassus, Pak Prabowo diberi nomor kode “08.” Kode ini terus melekat padanya hingga sekarang, dan banyak orang terdekat yang masih memanggilnya dengan sebutan “08.”

Pak Prabowo tampaknya juga sangat menikmati panggilan tersebut, apalagi angka itu relevan dengan posisinya saat ini sebagai Presiden Kedelapan Republik Indonesia.

Demikianlah ulasan mengenai nama asli dan julukan para Presiden Indonesia, Setiap julukan mencerminkan perjalanan hidup dan kontribusi mereka terhadap bangsa. Semoga informasi ini bermanfaat! Jika ada topik lain yang ingin dibahas, jangan ragu tulis dikolom komentar!

error: Content is protected !!