Seni Budaya

Tradisi Unik Warga Cikupa Makamkan Keluarga di Pekarangan Rumah

×

Tradisi Unik Warga Cikupa Makamkan Keluarga di Pekarangan Rumah

Sebarkan artikel ini
Tradisi Unik Warga Cikupa Makamkan Keluarga di Pekarangan Rumah
Doc. Foto: IDN Times

KOROPAK.CO.ID – Warga Kampung Cikupa di Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), memiliki tradisi unik yang sudah berlangsung sejak akhir abad ke-19.

Di sini, warga kerap memakamkan keluarga mereka di pekarangan rumah masing-masing, suatu kebiasaan yang kontras dengan pandangan umum bahwa pemakaman adalah tempat yang sebaiknya terpisah dari kehidupan sehari-hari.

Tradisi ini diturunkan dari generasi ke generasi, dan hingga kini, sebagian besar warga di lima RW di Desa Cilame tetap melestarikannya.

Engkon Ukron, Ketua RW 15 Kampung Cikupa, mengungkapkan bahwa tradisi ini telah berlangsung sejak zaman kakeknya. Menurut Engkon, keberadaan makam di pekarangan rumah dianggap lebih menguntungkan karena memudahkan perawatan makam, ketimbang jika harus dibiarkan di tempat pemakaman umum (TPU).

“Kalau di TPU, makam kadang terlantar. Dengan dimakamkan di lahan pribadi, keluarga yang masih hidup bisa lebih mudah merawatnya,” jelasnya.

Banyak makam di Cikupa tampak sederhana tanpa tulisan yang mencantumkan nama atau tanggal wafat, hanya berupa nisan polos di belakang rumah. Menurut Engkon, hal ini dilakukan agar lebih praktis dan juga untuk menghormati keinginan mendiang yang biasanya berpesan agar dimakamkan di tanah milik keluarga.

Baca: Passiliran, Tradisi Pemakaman Bayi Didalam Pohon di Toraja

“Mendiang biasanya berpesan ingin dikuburkan di tanah sendiri, karena merasa lebih dekat dengan keluarga meskipun sudah tiada,” tambahnya.

Namun, keberlanjutan tradisi ini menghadapi tantangan besar. Lahan di Kampung Cikupa mulai banyak diincar oleh makelar tanah, bahkan beberapa bagian telah dijual.

Ada juga sebagian tanah yang telah dibeli oleh pemerintah untuk kepentingan pembangunan, sehingga beberapa jasad terpaksa dipindahkan ke TPU. Warga mengaku merasa terpaksa menjual lahan mereka, meskipun harga yang ditawarkan dinilai rendah dan tidak sepadan.

Engkon sendiri mengakui kekhawatirannya atas masa depan tradisi ini. “Saya pribadi sudah berpesan, jika meninggal nanti, ingin tetap dimakamkan di lahan keluarga. Tapi kalau lahan terus dibeli dan kita dipaksa menjual, tradisi ini bisa hilang,” tandasnya.

Di tengah perubahan zaman dan laju pembangunan, tradisi pemakaman di pekarangan rumah bagi warga Kampung Cikupa adalah salah satu wujud kearifan lokal yang menekankan pentingnya ikatan keluarga, bahkan setelah kematian.

error: Content is protected !!