Seni Budaya

Sejarah Suku Buol dan Keunikan Tradisi Mopalus

×

Sejarah Suku Buol dan Keunikan Tradisi Mopalus

Sebarkan artikel ini
Sejarah Suku Buol dan Keunikan Tradisi Mopalus
Doc. Foto: sabda.org

KOROPAK.CO.ID – Sulawesi Tengah merupakan provinsi terbesar di Pulau Sulawesi, dengan luas mencapai 61.841 kilometer persegi.

Provinsi ini memiliki letak strategis yang berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo di utara, Provinsi Maluku dan Maluku Utara di timur, Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara di selatan, serta Selat Makassar dan Provinsi Sulawesi Barat di bagian barat.

Keberadaannya di antara berbagai provinsi, perairan, dan pengaruh budaya membuat Sulawesi Tengah menjadi rumah bagi beragam suku dan tradisi unik.

Salah satu suku asli di ujung utara provinsi ini, yang berbatasan dengan Gorontalo, adalah suku Buol. Suku Buol memiliki adat dan tradisi yang terjaga hingga kini, terutama dalam aktivitas bercocok tanam yang telah diwariskan turun-temurun.

Mereka mendiami lima kecamatan di Kabupaten Buol, yaitu Kecamatan Biau, Momunu, Bokat, Bunobugu, dan Palele, dengan bahasa sehari-hari adalah bahasa Buol.

Sebagian besar masyarakatnya masih bergantung pada sarana transportasi laut, mengingat akses darat yang memadai baru berkembang dalam beberapa dekade terakhir.

Masyarakat Buol bertahan hidup dengan mengelola sawah, kebun kelapa, dan cengkeh sebagai sumber ekonomi utama. Mereka juga menggantungkan kehidupan pada hasil hutan, seperti rotan, damar, kayu manis, dan gula enau.

Baca: Kisah Suku Sobey dan Misteri Batu Teteruga di Sarmi

Sebuah tradisi unik yang berhubungan dengan mata pencaharian mereka adalah Mopalus, yang berarti gotong royong. Mopalus bukan hanya sebatas kerja bersama dalam bertani, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

Misalnya, tradisi ini digunakan saat mempersiapkan perkebunan, memperbaiki rumah warga, hingga persiapan acara adat atau perayaan seperti perkawinan dan syukuran. Gotong royong ini mempererat ikatan sosial dalam masyarakat Buol dan menjadikan Mopalus sebagai simbol kerja sama.

Selain Mopalus, suku Buol juga memiliki ritual adat kuno yang disebut *Mongunom Manginano*, sebuah upacara pengobatan tradisional. Ritual ini dilangsungkan pada malam hari, dipimpin oleh seorang pelaku pengobatan yang menghidangkan persembahan sebagai syarat ritual.

Persembahan yang disajikan beragam, mulai dari beras putih, merah, hingga hitam. Pada pagi harinya, upacara dilanjutkan dengan membentuk miniatur buaya dari nasi putih, simbol dari roh leluhur yang diyakini memiliki kekuatan penyembuhan.

Dalam prosesi ini, pelaku pengobatan sering kali mengalami keadaan trance atau kehilangan kesadaran, yang diyakini sebagai pertanda bahwa roh buaya leluhur sedang merasuk untuk membantu proses penyembuhan.

Selain sebagai petani, sebagian masyarakat Buol juga bekerja sebagai nelayan, mencari ikan di pesisir dan perairan dalam. Daerah pesisir Kabupaten Buol menyimpan potensi wisata yang cukup besar karena keindahan lautnya yang belum banyak tereksplorasi.

Dengan segala kekayaan alam dan budaya ini, Kabupaten Buol di Sulawesi Tengah merupakan kawasan yang tidak hanya kaya akan keindahan alam, tetapi juga tradisi dan kearifan lokal yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya.

error: Content is protected !!