KOROPAK.CO.ID – Tahukah kamu? Di Kepulauan Riau, terdapat sebuah fabel yang kaya akan makna, yaitu kisah antara Ayam Jantan dan Ikan Tongkol.
Cerita ini menggambarkan persahabatan yang terjalin erat antara dua raja hewan, Raja Kukuru si ayam jantan dan Raja Halili si ikan tongkol, sebelum akhirnya terpisah oleh perselisihan yang melahirkan permusuhan abadi.
Cerita bermula pada zaman dahulu kala, di mana Raja Halili memimpin kerajaan ikan tongkol di perairan yang damai. Dia adalah sosok raja yang bijaksana dan memiliki sahabat setia, Raja Kukuru, raja ayam jantan yang berkuasa di daratan.
Persahabatan mereka melambangkan hubungan harmonis antara dua dunia yang berbeda, di mana para hewan dari kedua kerajaan saling berteman dan hidup dalam kedamaian.
Suatu hari, Raja Kukuru berencana mengadakan pesta besar untuk merayakan kemakmuran kerajaannya. Dengan semangat persahabatan, ia mengundang Raja Halili dan seluruh rakyat ikan tongkol untuk hadir.
Raja Halili, dengan senang hati menerima undangan tersebut, tetapi tidak lupa meminta satu syarat penting: ia meminta Raja Kukuru untuk mengingatkan mereka agar segera kembali ke perairan sebelum fajar tiba.
Ini adalah upaya untuk menjaga keselamatan rakyat ikan tongkol dari ancaman para nelayan yang berkeliaran di pagi hari. Raja Kukuru, berjanji untuk memenuhi permintaan sahabatnya, mulai mempersiapkan pesta.
Baca: Peringatan Abadi dalam Legenda Suak Air Mengubuk
Ketika hari yang dinantikan tiba, suasana penuh suka cita menyelimuti pesta tersebut. Raja Halili dan rakyatnya hadir dari perairan, menikmati berbagai hidangan lezat yang disajikan. Kegembiraan pesta membuat semua ikan tongkol melupakan waktu, hingga akhirnya mereka terlelap dalam kekenyangan.
Namun, keesokan harinya, saat matahari mulai terik, Raja Halili terbangun dengan ketakutan. Hari sudah terang dan tanpa ia sadari, banyak rakyatnya yang telah ditangkap oleh nelayan. Dalam kemarahan dan kesedihan, Raja Halili merasa dikhianati oleh Raja Kukuru yang telah melanggar janjinya.
Dengan penuh kemarahan, Raja Halili bersumpah akan mengutuk bangsa ayam, mengatur agar ayam tidak dapat melihat dari sore hingga malam. Ia juga mengancam bahwa keturunan ikan tongkol akan memakan setiap ayam yang memasuki perairan.
Sejak peristiwa tragis ini, persahabatan antara ayam jantan dan ikan tongkol berakhir, dan dari sinilah muncul istilah “rabun senja” yang menggambarkan keadaan ayam yang tidak mampu melihat saat senja menjelang.
Di kalangan para nelayan, kisah ini menjadi mitos yang mengaitkan bulu ayam dengan umpan yang ampuh untuk menangkap ikan tongkol di perairan.
Kisah ayam jantan dan ikan tongkol bukan sekadar fabel, tetapi sebuah refleksi tentang pentingnya menjaga komitmen dan kepercayaan dalam persahabatan.
Meski terpisah oleh konflik, cerita ini tetap abadi dalam ingatan masyarakat sebagai pengingat akan nilai-nilai persahabatan yang harus dijaga dan dilestarikan.