KOROPAK.CO.ID – Partai Majelis Syura Muslimin Indonesia, yang lebih dikenal sebagai Masyumi, pernah menjadi salah satu partai politik Islam terbesar di Indonesia pada masa demokrasi liberal.
Sejarah partai ini dimulai dari masa pendudukan Jepang, yang membentuk organisasi Masyumi pada 24 Oktober 1943. Jepang, yang saat itu menguasai Indonesia, berharap dapat memanfaatkan pengaruh organisasi ini untuk mengendalikan umat Islam.
Namun, begitu Indonesia merdeka, Masyumi berkembang pesat sebagai kekuatan politik yang mandiri. Secara resmi, Masyumi berubah menjadi partai politik dalam Kongres Umat Islam Indonesia di Yogyakarta pada 7 November 1945.
Partai ini berhasil menarik dukungan luas dari umat Islam di berbagai daerah, dengan menjalin hubungan erat dengan organisasi-organisasi besar lainnya seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Dalam waktu singkat, Masyumi menjadi kekuatan politik utama, berperan aktif dalam berbagai keputusan penting nasional dan mendapatkan tempat sebagai partai Islam terbesar.
Baca: Kongres Umat Islam Yogyakarta: Awal Terbentuknya Masyumi
Sayangnya, perjalanan Masyumi di panggung politik tidak berlangsung lama. Pada 17 Agustus 1960, Presiden Soekarno memutuskan untuk melarang partai ini. Pelarangan ini disebabkan oleh tuduhan bahwa Masyumi mendukung pemberontakan PRRI, sebuah gerakan separatis yang berlangsung di Sumatra.
Setelah dilarang, banyak anggota dan pendukung Masyumi yang tidak ingin nilai-nilai partai mereka hilang begitu saja. Mereka mendirikan organisasi Keluarga Bulan Bintang sebagai penerus, berusaha mengkampanyekan hukum syariah dan prinsip-prinsip ajaran yang diyakini.
Beberapa kali, upaya untuk membangkitkan Masyumi kembali muncul, terutama setelah kejatuhan Orde Lama dan pada awal Orde Baru. Namun, pemerintah tidak memberikan izin untuk kebangkitan partai ini. Baru setelah Reformasi, cita-cita para pengikut Masyumi diwujudkan dalam bentuk Partai Bulan Bintang.
Meski membawa semangat dan nilai-nilai yang sama, Partai Bulan Bintang tetap merupakan entitas baru, yang kemudian ikut serta dalam pemilihan umum 1999, 2004, dan 2009, membawa warisan sejarah Masyumi dalam demokrasi modern.