KOROPAK.CO.ID – Tari Manimbong, salah satu warisan budaya yang kaya akan makna, merupakan salah satu contoh kesenian tradisional yang dimiliki oleh Suku Toraja di Sulawesi Selatan.
Dikenal sebagai bagian dari upacara adat Rambu Tuka’ (upacara rasa syukur), tarian ini bukan sekadar pertunjukan seni visual yang memukau, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai keagamaan dan filosofi hidup yang mendalam.
Tari Manimbong dipentaskan pada momen-momen khusus seperti peresmian rumah adat (Tongkonan) dan pesta panen, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan leluhur atas segala berkah yang diterima.
Keberadaan tari ini dalam masyarakat Toraja tidak bisa dipisahkan dari ritual-ritual sakral, yang hanya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, seperti bulan Juni, Juli, dan Desember.
Hal ini membuat Tari Manimbong kurang dikenal di luar lingkup Suku Toraja, meskipun memiliki daya tarik yang luar biasa. Dalam setiap pementasannya, tari ini melibatkan sekitar 20 hingga 30 pria yang berperan sebagai penari utama.
Mereka berpakaian adat khas Toraja, termasuk Bayu Pokko’ yang berwarna kuning dan dihiasi dengan hiasan kepala berbulu burung bawan atau ayam. Selain itu, mereka membawa tameng dan parang khas Toraja yang tak hanya berfungsi sebagai properti, tetapi juga sebagai simbol budaya yang dalam.
Koin-koin yang terikat di tameng menambah elemen ritmis dalam tarian, yang memberi kesan mendalam pada penonton. Ketika pementasan dimulai, penari perempuan yang membawakan Tari Ma’dandan akan memasuki pelataran dengan menghentakkan tongkat ke tanah.
Baca: Makna dan Keindahan Tradisi Lamaran di Toraja
Diikuti oleh penari pria yang membawa sarong simbong (tameng kecil), mereka bergerak mengikuti ritme bunyi dari tameng dan koin yang mereka bawa, menciptakan harmoni yang mengiringi langkah-langkah mereka.
Suasana semakin mendalam dengan syair-syair ucapan syukur yang dinyanyikan oleh para penari. Setiap gerakan, baik itu maju, mundur, berdiri, ataupun berlutut, menggambarkan keharmonisan dan rasa syukur yang mendalam dari masyarakat Toraja terhadap kehidupan dan alam semesta.
Keunikan Tari Manimbong terletak pada keberagaman elemen yang membentuk pementasan. Tanpa iringan musik tradisional, tari ini justru mengandalkan suara ritmis dari properti tari yang dipakai oleh penari, menciptakan atmosfer yang kuat dan khas.
Dengan demikian, setiap gerakan dan suara menjadi satu kesatuan yang saling memperkuat makna dan pesan yang ingin disampaikan melalui tari ini.
Tari Manimbong lebih dari sekadar tontonan budaya; ia adalah representasi dari rasa syukur, penghormatan terhadap leluhur, dan pengakuan atas berkat yang diberikan oleh Tuhan.
Sebagai bagian integral dari upacara adat Suku Toraja, tarian ini tetap mempertahankan eksistensinya sebagai simbol hidup dan keberlanjutan budaya yang kaya akan nilai spiritual dan estetika.