Seni Budaya

Mengungkap Sejarah Sulam Usus Lampung

×

Mengungkap Sejarah Sulam Usus Lampung

Sebarkan artikel ini
Mengungkap Sejarah Sulam Usus Lampung
Doc. Foto: DUNIAINDRA

KOROPAK.CO.ID – Ketika membicarakan kerajinan khas Lampung, banyak orang langsung teringat pada kain tapis yang indah dengan sulaman benang emas dan perak. Namun, ada satu lagi kerajinan tradisional Lampung yang tak kalah memikat, yaitu sulam usus, sebuah warisan budaya yang kaya akan nilai sejarah dan estetika.

Sulam usus merupakan kerajinan khas suku Lampung Pepadun, terutama dari daerah Menggala, Tulang Bawang. Nama “sulam usus” merujuk pada bentuk sulaman yang menyerupai gulungan usus ayam, memberikan kesan unik dan menarik.

Teknik pembuatan sulam ini menggunakan tusuk sulam pada kain berbahan dasar satin, shantung, atau sutra yang lembut, menghasilkan kain yang memancarkan kilau keanggunan khas Lampung.

Sejarah sulam usus sudah ada sejak abad ke-16, menjadi simbol status sosial pada masa itu. Kain ini digunakan oleh kaum bangsawan dan tokoh masyarakat, dan sering dipakai dalam berbagai upacara adat. Salah satunya, sulam usus dikenakan oleh pengantin wanita sebagai penutup dada atau “bebe,” yang melambangkan kesucian dan keanggunan.

Proses pembuatan sulam usus sangatlah detail dan memerlukan keterampilan tangan yang luar biasa. Kain dasar seperti satin atau sutra dipotong menyerong, kemudian dijahit membentuk gulungan menyerupai usus ayam.

Gulungan ini ditempelkan pada pola yang telah digambar di atas kertas, lalu disulam dengan hati-hati sesuai desain yang telah ditentukan. Setelah proses penyulaman selesai, jahitan sementara dilepas, dan terwujudlah kain sulam usus yang indah dan memukau.

Baca: Makna dan Filosofi di Balik Motif Kain Celugam Lampung Barat

Keterampilan membuat sulam usus dulunya menjadi kegiatan rutin bagi perempuan Lampung, baik gadis maupun ibu rumah tangga. Keterampilan ini dianggap penting sebagai bekal hidup, selain juga sebagai sarana mengisi waktu luang.

Motif-motif sulam usus, yang awalnya terinspirasi oleh alam, mencakup berbagai bentuk seperti kupu-kupu, obat nyamuk, tembung manok (pantat ayam), dan ukel-ukel. Seiring berjalannya waktu, para pengrajin semakin kreatif, mengembangkan motif baru yang lebih variatif dan menarik.

Pengerjaan sulam usus tidaklah mudah. Membuat baju atasan wanita dengan sulam usus bisa memakan waktu hingga sebulan, sementara kebaya panjang bisa memakan waktu dua hingga tiga bulan. Setiap detail sulaman dikerjakan dengan penuh ketelitian dan kehati-hatian, menjadikan setiap karya sebagai mahakarya yang bernilai tinggi.

Kini, sulam usus tidak hanya digunakan untuk pakaian adat, tetapi telah merambah ke dunia fashion modern. Gaun, kebaya, hingga aksesori seperti taplak meja, dompet, dan sarung bantal kini banyak dihiasi dengan sulaman indah khas Lampung.

Perpaduan antara gaya tradisional dan modern ini semakin membuat sulam usus diminati, tidak hanya di Lampung, tetapi juga di luar daerah. Pada tahun 2015, sulam usus mendapatkan pengakuan resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda.

Pengakuan ini semakin memperkuat posisi sulam usus sebagai kebanggaan Lampung yang harus dijaga dan dilestarikan. Dengan keindahan dan kekhasannya, sulam usus membuktikan bahwa warisan budaya tradisional dapat terus berkembang dan hidup di tengah kemajuan zaman.

error: Content is protected !!