Muasal

Kaledo, Kuliner Unik Khas Kaili yang Penuh Filosofi

×

Kaledo, Kuliner Unik Khas Kaili yang Penuh Filosofi

Sebarkan artikel ini
Kaledo, Kuliner Unik Khas Kaili yang Penuh Filosofi
Doc. Foto: antaranews.com

KOROPAK.CO.ID – Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan keberagaman budaya, termasuk kuliner dari berbagai daerah yang mewakili identitas lokalnya. Salah satu kekayaan itu adalah Kaledo, hidangan khas suku Kaili dari Sulawesi Tengah yang sarat akan rasa, tradisi, dan filosofi.

Kaledo, yang sering diasosiasikan dengan akronim “Kaki Lembu Donggala,” menyimpan cerita unik di balik namanya. Legenda mengatakan bahwa nama ini berasal dari percakapan sederhana antara pasangan suami istri. Seorang lelaki Kaili yang terlambat saat pembagian hasil potongan sapi hanya mendapat bagian kaki.

Setelah kaki sapi itu dimasak lama oleh istrinya, sang suami mencicipi dan menjawab pertanyaan istrinya dengan kata “Ledo,” yang berarti “tidak keras.” Dari dialog itulah, nama Kaledo lahir, mencerminkan kelembutan rasa dari hidangan ini.

Kaledo berbahan dasar kaki sapi, khususnya bagian tulang lutut yang kaya akan sum-sum. Proses pemasakan yang lama membuat tekstur daging lembut, sementara kaldu kental yang dihasilkan memberikan rasa gurih alami. Bumbu khas seperti jeruk nipis, asam jawa, dan cabai rawit menciptakan sensasi rasa asam, pedas, dan segar yang menggugah selera.

Uniknya, Kaledo disajikan bukan dengan nasi, melainkan dengan singkong rebus (kasubi) atau pisang rebus yang mengkal, menjadikannya pengalaman kuliner yang berbeda.

Baca: Mengapa Semur Begitu Istimewa dalam Kuliner Tradisional Indonesia?

Kaledo dimasak menggunakan talusi, tungku khas Kaili yang berbentuk besar dengan tiga penyangga. Talusi ini menjadi simbol gotong royong, karena proses memasaknya sering dilakukan bersama-sama oleh masyarakat. Filosofi kekeluargaan ini terasa dalam setiap porsi Kaledo yang disajikan.

Bagi masyarakat Kaili, Kaledo bukan sekadar makanan. Hidangan ini dipercaya memiliki nilai spiritual. Jeruk nipis dan asam jawa yang digunakan dalam masakan dianggap mampu menangkal pengaruh buruk, termasuk gangguan jin.

Selain itu, kebersamaan dalam memasak dan menikmati Kaledo menggambarkan semangat persaudaraan yang erat. Hidangan ini sering dihidangkan dalam acara besar, menjadi lambang kekompakan dan rasa syukur masyarakat Kaili.

Kaledo adalah perpaduan sempurna antara rasa, tradisi, dan warisan budaya. Tekstur kaki sapi yang lembut, sum-sum tulang yang gurih, serta sensasi rasa pedas dan asam dari kuahnya, membuat hidangan ini layak untuk dicoba.

Jika Kawan berkunjung ke Palu, Sigi, atau Donggala, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi sajian khas ini. Kaledo bukan hanya pengalaman kuliner, tetapi juga perjalanan mendalami budaya suku Kaili yang penuh makna.

error: Content is protected !!