KOROPAK.CO.ID – Setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, dan salah satunya adalah tarian tradisional yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan adat dan nilai-nilai kehidupan.
Di Kabupaten Samosir, yang terletak di jantung budaya Batak Toba, salah satu tarian yang penuh makna adalah Tortor Hata Sopisik. Tarian ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan sebuah medium yang mengungkapkan cinta, adat, dan harapan dalam setiap gerakannya.
Tortor, tarian tradisional Batak Toba, merupakan cerminan dari kehidupan spiritual dan sosial masyarakatnya. Salah satu varian dari tortor yang memiliki kedalaman makna adalah Tortor Hata Sopisik, yang erat kaitannya dengan norma adat dalam pergaulan muda-mudi Batak Toba.
Pada masa lalu, pergaulan antara pria dan wanita muda (naposo) sangat dijaga oleh aturan adat yang ketat, dan Tortor Hata Sopisik menjadi sarana untuk mengekspresikan perasaan cinta secara simbolis namun penuh penghormatan.
Keunikan Tortor Hata Sopisik terletak pada penggunaan unsur husip-husip, yang berarti “berbisik”. Gerakan ini menggambarkan interaksi lembut antara pria dan wanita, sebagai bentuk komunikasi halus yang mencerminkan perasaan mereka tanpa melanggar tata krama.
Konsep husip-husip juga terkait dengan marhusip, yang merupakan tahap awal dalam proses pernikahan adat Batak, di mana pasangan saling mengungkapkan perasaan dengan cara yang sopan, penuh kehati-hatian, dan sesuai dengan nilai-nilai adat.
Tari ini terbagi dalam empat bagian utama yang menggambarkan perjalanan cinta, mulai dari perkenalan hingga komitmen untuk menjalin hubungan yang lebih serius.
Baca: Pesona Tari Tandok, Cermin Kehidupan Agraris Suku Batak
Perkenalan: Tahap pertama di mana kedua belah pihak mulai saling mengenal.
Penyampaian Isi Hati: Menggunakan gerakan husip-husip, pria dan wanita menyampaikan perasaan mereka.
Kesepakatan: Kedua pihak mencapai pemahaman untuk melanjutkan hubungan.
Komitmen Cinta: Pengikatan hubungan dengan nilai-nilai adat yang dijunjung tinggi.
Setiap gerakan dalam Tortor Hata Sopisik adalah simbol dari perjalanan emosi yang penuh makna dan kedalaman, mengajarkan generasi muda Batak Toba tentang pentingnya komunikasi yang penuh hormat, kesabaran, dan kejujuran dalam membina hubungan.
Pada tahun 2024, Tortor Hata Sopisik mencatatkan sejarah baru dengan memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Sebanyak 1.375 siswa dan siswi menari secara serentak di acara Aquabike Jetski World Championship 2024 di kawasan Waterfront City.
Tarian yang melibatkan ribuan peserta ini tidak hanya menjadi bagian dari ajang kejuaraan internasional, tetapi juga memperkenalkan keindahan dan makna dalam Tari Tortor Hata Sopisik ke dunia.
Tortor Hata Sopisik lebih dari sekadar seni pertunjukan. Ia adalah sarana pendidikan budaya yang mendalam bagi generasi muda Batak Toba. Dalam setiap gerakannya, terdapat ajaran mengenai etika pergaulan, nilai-nilai cinta yang santun, dan kedekatan dengan adat yang tak lekang oleh waktu.
Dengan terus dilestarikan, Tortor Hata Sopisik menjadi bukti hidup bahwa budaya Batak Toba tetap kuat dan relevan, mengajarkan kita untuk selalu menghargai dan menjaga warisan leluhur.
Tarian ini tidak hanya menggambarkan kekayaan budaya Batak, tetapi juga merupakan simbol cinta yang abadi, yang senantiasa menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tortor Hata Sopisik mengingatkan kita untuk tidak melupakan akar budaya kita, serta terus menghormati dan menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.