KOROPAK.CO.ID – Dr. Teungku Hasan Muhammad di Tiro, atau yang lebih dikenal sebagai Hasan di Tiro, adalah tokoh utama di balik Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sebuah organisasi separatis yang berusaha memisahkan Aceh dari Indonesia.
Lahir pada 25 September 1925 di Gampong Tiro, Kabupaten Pidie, Hasan di Tiro berasal dari keluarga terpandang yang memiliki garis keturunan panjang dari tokoh-tokoh perlawanan terhadap penjajahan Belanda, termasuk dari Teungku Chik di Tiro, pahlawan nasional Indonesia.
Sejak muda, Hasan di Tiro terlibat dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Setelah memperoleh beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat, ia sempat terlibat dalam gerakan Darul Islam yang berusaha menegakkan syariah di Indonesia, namun aksi ini menyebabkan Indonesia mencabut kewarganegaraannya.
Meski begitu, perjalanan politik Hasan terus berkembang, hingga ia mendirikan GAM pada 4 Desember 1976, dengan tujuan utama untuk mencapai kemerdekaan bagi Aceh. GAM menganggap Aceh sebagai sebuah negara merdeka yang harus dipulihkan, jauh sebelum masa kolonial Belanda, bukan sekadar otonomi dalam kerangka negara Indonesia.
Perjuangan GAM, yang juga dikenal dengan sebutan Front Pembebasan Nasional Aceh Sumatra, berlangsung lama dan penuh tantangan. Meskipun sempat melarikan diri ke Malaysia dan kemudian menetap di Swedia, perjuangan GAM tetap berlanjut dengan serangan-serangan terhadap militer Indonesia, terutama di Aceh.
Baca: Rahayu Supanggah, Maestro Karawitan yang Membawa Gamelan ke Pentas Dunia
Perjuangan ini juga mencatatkan sejarah kelam dengan jatuhnya banyak korban, namun di tengah krisis, peristiwa gempa bumi dan tsunami pada Desember 2004 membawa harapan baru.
Perundingan perdamaian antara GAM dan pemerintah Indonesia akhirnya berhasil tercapai pada Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia. Dalam perjanjian tersebut, Aceh diberi otonomi lebih besar, dan Hasan di Tiro berperan dalam mendukung proses tersebut.
Meskipun diasingkan selama 30 tahun, ia akhirnya kembali ke Aceh pada 2008, meskipun dengan kondisi kesehatan yang menurun. Pada 2 Juni 2010, beberapa hari sebelum wafatnya, Hasan di Tiro dianugerahi status warga negara kehormatan oleh pemerintah Indonesia.
Ia meninggal dunia pada 3 Juni 2010, meninggalkan warisan perjuangan yang membawa perubahan besar bagi Aceh.