Video

Kisah “Crazy Rich” Tasripin, Penjual Es yang Punya Harta Triliunan

×

Kisah “Crazy Rich” Tasripin, Penjual Es yang Punya Harta Triliunan

Sebarkan artikel ini

KOROPAK.CO.ID – Menjadi kaya raya adalah impian yang sering kali membakar semangat banyak orang. Tak jarang, berbagai cara ditempuh, bahkan dengan jalan yang penuh risiko. kisah kali tentang crazy rich berkat usaha menjual Es.

Tapi Tunggu dulu, ini bukan cerita tentang Sunhaji, penjual es teh bakul yang viral dan mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari sejumlah tokoh agama yang menjadi utusan negara.

Cerita ini berawal di masa penjajahan, tentang seorang pedagang es dari Jawa Tengah bernama Taspirin. Seorang pria asal Semarang yang dengan cerdik memanfaatkan peluang.

Tasripin adalah laki-laki asal Semarang, Jawa Tengah, yang berhasil menjadi salah crazy rich di Indonesia berkat berbisnis. Sosok yang lahir di masa penjajahan Belanda ini berhasil mengumpulkan kekayaan senilai Rp.7 triliun dari bisnis kulit hewan, penjagalan, dan es batu.

Tasripin diperkirakan lahir pada tahun 1834. Tak banyak cerita dia dari masa kecil sampai pandai berbisnis.

Ketiga bisnis tersebut membuat Tasripin kaya raya. Setiap bulannya, ia bisa meraup 30-40 ribu gulden. Alhasil, Tasripin dan keluarga punya banyak rumah dan tanah di beberapa wilayah Semarang. Ia tercatat juga pernah memiliki emas dan surat berharga lainnya.

Namun, perjalanan Tasripin berakhir pada 1919 atau saat ia wafat. Menurut koran De Nieuwe Vorstenlanden tahun 1919, harta kekayaan Tasripin mencapai 45 juta gulden.

Baca: Phoa Keng Hek: Aktivis Sosial dan Pengusaha yang Berjasa bagi ITB

Sebagai perbandingan, pada zaman itu harga satu liter beras hanya 6 sen. Jadi, dengan uang 45 juta gulden, Tasripin bisa membeli 750 juta liter beras. Jika hari ini satu liter beras harganya Rp10 ribu maka nilai harta Tasripin kala itu setara Rp7 triliun di masa kini.

Tentu saja, tak semua orang di masa kolonial bisa seperti itu. Orang Belanda atau Eropa pun jarang yang bergelimang harta. Apalagi masyarakat pribumi yang mayoritas berada di bawah garis kemiskinan.

Lalu kemana bisnis Tasripin setelah ia meninggal?

Beberapa sumber menyebutkan bahwa seluruh bisnis Tasripin diteruskan oleh keluarganya. Dalam penelusuran, bisnis Tasripin masih eksis di era setelah kemerdekaan.

Satu-satunya bukti terlihat pada pewartaan de Locomotief (24/3/1948) yang menyebut perusahaan bernama Tasripin Concern. Dalam pemberitaan, Tasripin Concern tercatat masuk dalam Pusat Persatuan Dagang Indonesia.

Namun, setelah itu tak ada lagi kabar soal bisnisnya, termasuk soal kemana lari seluruh harta kekayaannya.

error: Content is protected !!