KOROPAK.CO.ID – Di Kampung Kedunggandri, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, sebuah tradisi unik yang telah diwariskan turun-temurun menjadi momen yang dinanti setiap dua tahun sekali.
Tradisi ini dikenal dengan nama Tubo, sebuah perayaan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik anak-anak, orang dewasa, laki-laki, maupun perempuan, yang bersama-sama merayakan acara ini dengan penuh antusiasme.
Pada perayaan Tubo, warga akan membawa jaring dari rumah masing-masing dan berkumpul di tepi sungai. Mereka kemudian turun ke sungai untuk menangkap ikan, baik dengan jaring maupun tangan kosong.
Meski demikian, tak semua orang membawa jaring; ada pula yang percaya bisa menangkap ikan dengan tangan telanjang, menunjukkan semangat gotong royong yang kuat di antara warga.
Sebelum acara dimulai, sesepuh desa akan mengadakan doa bersama. Salah satu elemen penting dalam acara ini adalah tanaman tuba, yang digunakan untuk meracuni ikan di sungai.
Baca: Tradisi Adok, Simbol Kehormatan dalam Adat Suku Komering
Tuba, yang dalam bahasa ilmiah dikenal dengan nama Derris elliptica, adalah tanaman dengan akar yang mengandung rotenone, sejenis racun kuat yang digunakan untuk mematikan ikan. Racun yang dihasilkan dari akar tuba ini lantas dituangkan ke sungai dalam gentong-gentong dan galon-galon oleh warga.
Setelah doa selesai, beberapa orang akan menceburkan diri ke sungai untuk memecahkan gentong dan menuangkan racun tuba ke dalam air. Beberapa jam kemudian, ikan-ikan yang terkontaminasi racun muncul ke permukaan air dalam keadaan lemah.
Momen inilah yang dinantikan oleh ribuan warga yang sudah bersiap di pinggir sungai. Tanpa menunggu aba-aba, mereka langsung terjun ke sungai untuk berebut menangkap ikan yang sudah terkelabui oleh racun tersebut.
Tradisi Tubo ini bukan hanya dirayakan oleh warga lokal, tetapi juga menarik perhatian wisatawan dari luar daerah. Masyarakat yang penasaran akan keunikan tradisi ini rela berdatangan, seperti yang diungkapkan oleh Agung Tri Wibowo, seorang warga Kota Semarang yang akhirnya bisa menyaksikan langsung acara yang sejak remaja ingin dilihatnya.
Tradisi Tubo hanya diselenggarakan setiap dua tahun sekali, tepatnya pada tahun genap di bulan September, dan berlangsung selama 15 hari dengan puncaknya pada hari Minggu Kliwon. Keunikan tradisi ini menjadikannya sebagai daya tarik wisata mendadak, yang membuat Kampung Kedunggandri semakin dikenal sebagai destinasi budaya yang memikat.