Seni Budaya

Tradisi Sakral Upacara Kematian Saur Matua dalam Adat Batak Toba

×

Tradisi Sakral Upacara Kematian Saur Matua dalam Adat Batak Toba

Sebarkan artikel ini
Tradisi Sakral Upacara Kematian Saur Matua dalam Adat Batak Toba

KOROPAK.CO.ID – Di dataran tinggi sekitar Danau Toba, hidup masyarakat Batak Toba yang hingga kini tetap setia melestarikan tradisi leluhur mereka. Salah satu tradisi yang bertahan adalah upacara kematian, sebuah ritual sakral yang penuh makna budaya.

Dalam tradisi ini, masyarakat Batak Toba membedakan perlakuan upacara kematian berdasarkan usia dan status orang yang meninggal. Kematian dianggap ideal jika seseorang meninggal setelah anak-anaknya menikah dan memiliki cucu. Upacara untuk mereka disebut Saur Matua, melambangkan kematian yang sempurna karena almarhum tidak lagi memiliki tanggungan.

Sebelum upacara dimulai, keluarga duka dan kerabat berkumpul untuk membahas berbagai aspek teknis seperti lokasi pemakaman dan kebutuhan acara. Dalam musyawarah ini, keluarga dari pihak hula-hula (marga istri), dongan tubu (saudara semarga), dan boru (marga suami) berperan penting.

Pada hari pelaksanaan, jenazah ditempatkan di tengah halaman rumah duka, menghadap keluar. Anak-anak dan cucu-cucu almarhum mengelilingi peti untuk memulai prosesi.

Salah satu elemen penting adalah sijargon atau marsanggul marata, tanda yang menunjukkan kematian ideal. Sijargon dibuat dari rangkaian tanaman dan benda-benda khas. Hanya anak, menantu, dan cucu pertama yang diizinkan membawa simbol ini, menandakan kedekatan dan penghormatan mereka terhadap almarhum.

Baca: Mambosuri, Ritual Berkah bagi Calon Ibu Batak Toba

Puncak upacara disebut Maralaman, saat jenazah diarak ke tempat peristirahatan terakhir. Prosesi ini diiringi pembacaan riwayat hidup almarhum (jujur ngolu) dan tarian penghormatan (manortori) yang melibatkan keluarga duka. Dalam tarian ini, sang tulang (paman) membawa ulos dan beras sebagai simbol penghiburan.

Setelah prosesi utama, dilakukan pembagian jambar, yaitu hak perolehan bersama yang mencakup daging, uang, tari-tarian, dan ucapan. Tradisi ini melambangkan persatuan keluarga besar.

Tahap terakhir adalah penguburan, sering disertai upacara gerejawi. Setelah itu, keluarga melaksanakan ungkap hombung, yaitu pembagian harta peninggalan kepada hula-hula.

Tradisi Saur Matua mencerminkan kedalaman nilai budaya Batak Toba dalam menghormati leluhur. Meski zaman berubah, prosesi ini terus dijaga sebagai warisan yang mengikat masyarakat dengan identitas dan kebersamaan mereka.

error: Content is protected !!