Video

Fenomena Unik Desa Wotawati, Diapit Lembah Aliran Sungai Bengawan Solo Purba

×

Fenomena Unik Desa Wotawati, Diapit Lembah Aliran Sungai Bengawan Solo Purba

Sebarkan artikel ini

KOROPAK.CO.ID – Menelusuri sejarah selatan Yogyakarta ibarat menggulirkan lembaran dongeng yang abadi. Salah satu kisah purbakala yang masih terasa jejaknya adalah Bengawan Solo Purba, saksi bisu peradaban jutaan tahun lalu.

Sungai yang kini menjadi urat nadi Jawa, mengalir dari Wonogiri hingga Gresik, dulunya bermuara di Pantai Sadeng, Gunungkidul—sebuah pintu ke samudra di masa purba.

Namun, bumi tak pernah diam. Pergeseran tektonik mengubah takdir aliran air ini, meninggalkan jejaknya pada perbukitan karst yang menjulang megah. Kini, perbukitan ini menjadi bagian dari Geopark Gunung Sewu, sebuah warisan dunia yang diakui UNESCO pada 2015 dalam konferensi Asia Pasifik di Sanin, Kaigan, Jepang.

Di tengah lembah karst itu, tersembunyi sebuah desa kecil bernama Wotawati, bagian dari Kalurahan Pucung, Kapanewon Girisubo. Untuk mencapainya, perjalanan sejauh 36 kilometer dari Wonosari harus ditempuh, melintasi jalanan lintas selatan yang penuh tantangan.

Cor blok sederhana yang belum pernah diselimuti aspal memaksa setiap pelintas untuk hati-hati saat menuruni lembah curam menuju desa. Di sana, hidup 450 jiwa dari 82 kepala keluarga, dipimpin oleh seorang kepala dukuh muda, Robby Sugihastanto, yang baru berusia 27 tahun.

Baca: Mengintip Keindahan dan Kreativitas Desa Wukirsari Yogyakarta

Desa ini unik, bukan hanya karena lokasinya yang diapit dua bukit raksasa, tetapi juga karena hubungannya dengan matahari. Di Wotawati, matahari bagaikan tamu yang datang terlambat, baru menampakkan diri pukul 09.00 WIB, dan tergesa-gesa pamit pukul 16.30 WIB.

Dinding-dinding hijau raksasa itu menjadi penjaga waktu, sekaligus perisai dari terik yang menyengat. Namun, Wotawati bukan sekadar desa yang terpenjara waktu.

Ia adalah kepingan keindahan yang kini dipoles untuk menjadi desa wisata, bak Desa Penglipuran di Bali. Di sini, wisatawan diajak menyusuri lorong-lorong waktu, berjalan atau bersepeda di jalan setapak yang mengular di ladang-ladang hijau.

error: Content is protected !!