Memoar

Aming Ajen, Dalang Muda yang Menghidupkan Kembali Babad Banten

×

Aming Ajen, Dalang Muda yang Menghidupkan Kembali Babad Banten

Sebarkan artikel ini
Aming Ajen, Dalang Muda yang Menghidupkan Kembali Babad Banten
Doc. Foto: Pikiran Rakyat

KOROPAK.CO.ID – Pada Selasa, 13 Desember 2024 lalu, di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, seorang remaja bernama Muhammad Armin atau lebih dikenal dengan panggilan Aming Ajen, berhasil memukau masyarakat dalam Pentas Karya Komunitas Sastra dan Literasi Nasional 2024.

Siswa kelas 12 dari SMKN Pandeglang, Banten ini tampil mempesona dengan membawakan cerita legendaris dari Banten melalui pertunjukan wayang golek, sebuah seni tradisional yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia.

Dengan tim yang tergabung dalam komunitas Wayang Nganjor, Aming menghidupkan kembali kisah-kisah dari Babad Banten yang mengisahkan penyebaran agama Islam di tanah Banten. Cerita yang sudah hampir terlupakan ini diceritakan kembali melalui media wayang golek yang merupakan ciri khas dari daerah tersebut.

“Kami memindahkan cerita sastra dari Babad Banten yang tertuang dalam manuskrip menjadi bentuk pagelaran Wayang Nganjor,” jelas Aming dengan penuh semangat.

Pertunjukan ini bukan hanya sekadar pementasan wayang, tetapi juga merupakan sebuah usaha untuk menyelamatkan warisan budaya yang semakin tergerus zaman. Keberanian Aming untuk membawa kisah sejarah yang jarang diketahui ini mendapat apresiasi luas dari penonton.

Dengan penguasaan panggung yang luar biasa, hasil didikan di Program Keahlian Seni Pertunjukan di SMKN Pandeglang, Aming berhasil memadukan tradisi dan kreativitas dalam sebuah pertunjukan yang segar dan penuh makna.

Keahlian Aming dalam seni pedalangan sudah terasah sejak usia lima tahun, berkat bimbingan sang ayah yang juga seorang dalang. Dari sana, ia mulai mengasah bakatnya dan menumbuhkan kecintaannya terhadap seni pertunjukan wayang.

Baca: Kisah Bagaskara, Peserta Termuda dalam Festival Dalang Cilik 2023

Tidak hanya di Banten, tetapi Aming juga telah berkeliling ke berbagai kota di Indonesia, seperti Sukabumi, Majalengka, Bandung, dan Yogyakarta, untuk mengembangkan seni yang ia tekuni.

Sebagai seorang pegiat budaya, Aming tidak hanya mengandalkan bakat, tetapi juga keinginan kuat untuk belajar dan terus berinovasi. Melalui komunitas Wayang Nganjor yang ia dirikan bersama teman-temannya, ia mengusung sebuah konsep wayang kontemporer yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman, namun tetap menjaga esensi tradisionalnya.

Berbeda dengan pertunjukan wayang pada umumnya, Wayang Nganjor tidak menggunakan gamelan, dan lebih menonjolkan kesenian ubrug, rampak bedug, serta wayang golek yang dikemas dengan cara yang lebih modern.

Komunitas Wayang Nganjor menjadi sarana bagi Aming untuk menyebarkan dan memperkenalkan seni pertunjukan tradisional kepada generasi muda. Ia berharap, dengan melalui seni, sastra, dan pedalangan, dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih mencintai dan menghargai budaya Indonesia yang kaya akan kearifan lokal.

Dengan bakat dan dedikasinya, Aming Ajen telah membuktikan bahwa seni dan budaya tradisional, meskipun dalam bentuk yang baru dan inovatif, tetap memiliki daya tarik yang tak lekang oleh waktu.

Kini, ia bukan hanya menjadi seorang dalang muda yang berbakat, tetapi juga seorang pionir yang menghidupkan kembali kisah-kisah bersejarah Indonesia lewat cara yang penuh semangat dan kreatif.

error: Content is protected !!