Seni Budaya

Suku Sasak dan Tradisi Pengobatan Bebubus yang Unik

×

Suku Sasak dan Tradisi Pengobatan Bebubus yang Unik

Sebarkan artikel ini
Suku Sasak dan Tradisi Pengobatan Bebubus yang Unik
Doc. Foto: Pikiran Rakyat

KOROPAK.CO.ID – Indonesia, dengan segala keragamannya, dikenal memiliki tradisi, kesenian, dan kearifan lokal yang kaya, yang diwariskan turun-temurun. Salah satu warisan budaya yang mencolok adalah praktik pengobatan tradisional, yang masih dilestarikan oleh banyak suku di nusantara.

Salah satunya adalah suku Sasak yang tinggal di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Suku yang terkenal dengan kekayaan budaya dan sejarahnya ini, memiliki pengobatan tradisional yang dikenal dengan nama Bebubus.

Suku Sasak adalah penduduk asli Pulau Lombok, yang menyebut tanah kelahirannya sebagai Gumi Sasak, atau bumi orang Sasak. Nama Lombok sendiri berasal dari seorang raja bernama Baginda Lombok.

Dalam catatan sejarah, nama Sasak diyakini berasal dari kata Sak-Sak, yang berarti sampan, merujuk pada kedatangan nenek moyang mereka menggunakan perahu dari Pulau Jawa. Seiring waktu, Suku Sasak tumbuh dan berkembang, mewariskan nilai-nilai kehidupan yang dalam, termasuk dalam bidang pengobatan tradisional.

Bebubus adalah sebuah teknik pengobatan yang berasal dari tradisi masyarakat Sasak. Kata Bebubus berasal dari bubus, yaitu ramuan obat yang dibuat dengan bahan dasar beras yang dicampur dengan berbagai jenis tumbuhan.

Pengobatan ini dikenal memiliki sejarah panjang, sudah ada sejak abad ke-18, ketika bangsa Belanda datang ke Pulau Lombok. Pada masa itu, masyarakat Sasak menggunakan Bebubus secara diam-diam, karena di bawah penjajahan Belanda, pengobatan tradisional ini menjadi alternatif yang sangat diperlukan.

Pada praktik Bebubus, seorang pengantung, yakni orang yang mewarisi teknik pengobatan ini dari leluhur, berperan penting. Pengantung memiliki keahlian khusus dalam meracik ramuan dan melaksanakan pengobatan, yang dipercaya dapat mengobati berbagai jenis penyakit, baik medis maupun non-medis.

Baca: Suku Sasak dan Tradisi “Kawin Lari” yang Unik

Ada unsur magis dalam proses pengobatannya, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi ini. Pengobatan Bebubus dilakukan dengan membawa andang-andang atau sesaji, yang berisi beras, sirih, kapur, uang logam, benang putih, dan sejumlah uang sebagai ucapan terima kasih kepada pengantung.

Pengobatan ini biasanya dilakukan setiap hari Jumat, setelah membuat janji dengan pengantung pada hari Senin, dalam sebuah tradisi yang disebut lalo beratong. Hanya satu orang yang mewakili pasien yang datang ke pengantung, sebagai bagian dari ritual ini.

Selama proses pengobatan, air ramuan Bebubus akan diminum oleh orang yang sakit, dan sisa airnya akan diusapkan ke kepala dan leher pasien. Kemudian, pengantung akan menambahkan bahan lain seperti daun sirih, buah pinang, dan gambir yang dihaluskan.

Pada saat bersamaan, pengantung juga akan membacakan mantra dan melakukan pemijatan kepala yang disebut pemopotan, yang dipercaya dapat mempercepat proses penyembuhan.

Meskipun zaman terus berkembang dan modernitas semakin menguasai, pengobatan Bebubus tetap dilestarikan oleh masyarakat Sasak. Tradisi ini bukan hanya sekadar metode pengobatan, tetapi juga menjadi bagian integral dari identitas budaya masyarakat Sasak yang perlu diwariskan secara turun-temurun.

Dengan keunikan dan kekayaan nilai yang terkandung dalam praktik Bebubus, masyarakat Sasak tetap menjaga dan menghormati warisan leluhur mereka, menjadikannya sebagai salah satu elemen yang memperkaya kearifan lokal Indonesia.

error: Content is protected !!