KOROPAK.CO.ID – Ronny Lukito, sosok di balik kesuksesan tas Eiger, merupakan lulusan STM yang dengan ketekunan dan semangat juangnya berhasil mengenalkan produk asli Indonesia ini ke pasar domestik maupun internasional. Simak perjalanan inspiratifnya dalam video Jelajah Waktu. Selamat menonton dan semoga terinspirasi!
Eiger, brand lokal yang identik dengan pecinta alam dan olahraga ekstrem, telah bertransformasi sejak pertama kali hadir pada 1990-an. Awalnya fokus pada perlengkapan outdoor, kini Eiger juga merambah ke sektor riding, traveling, hingga lifestyle.
Di balik kesuksesannya, Ronny Lukito adalah sosok kunci. Dengan kegigihan yang luar biasa, ia tidak hanya merintis, tetapi terus mengembangkan kemampuan diri sebagai founder dan CEO untuk memastikan kesuksesan Eiger berlanjut.
STM dan Usaha Tas Keluarga
Ronny Lukito, yang lahir di Bandung pada 15 Januari 1962, adalah anak ketiga dari enam bersaudara. Latar belakang keluarganya jauh dari kata berkecukupan, Orang tuanya sehari-hari berjualan tas buatan sendiri dengan merek Butterfly, yang terinspirasi dari merek mesin jahit terkenal pada masa itu.
Karena kondisi ekonomi yang sulit, Ronny memilih untuk melanjutkan pendidikan di STM, dengan tujuan untuk segera bekerja, membantu perekonomian keluarga.
Setiap hari, Ronny Lukito membantu ayahnya mengambil bahan untuk pembuatan tas, berjualan susu sebelum sekolah, dan menjadi montir sepulang sekolah.
Belum sempat melamar, seorang kerabat menyarankan untuk melanjutkan usaha tas keluarga. Dari sinilah ia mulai mempelajari seluk-beluk pembuatan tas, dari desain hingga penjahitannya. Ronny juga memasarkan produk tas keluarganya.
Mulai Produksi Tas Sendiri
Setelah bekerja di toko tas keluarga, Ronny yang memiliki semangat kewirausahaan dengan membuka usaha tas sendiri dengan modal kurang dari Rp1 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli dua mesin jahit, bahan dan peralatannya.
Baca: 10 Brand Tertua di Indonesia, Ada yang Berdiri Sejak Abad 19
Pada 1983-1984, ia mulai memproduksi tas dengan bantuan seorang penjahit, ia terus berkreasi, Tas pertama yang diproduksinya diberi nama Exxon.
Ekspansi Usaha Hingga Terkena Kasus Copyright
Melihat peluang untuk memperluas bisnis, Ronny Lukito mulai berkeliling ke berbagai daerah untuk mencari mitra pengecer tas produksinya, membangun jaringan pemasaran dari kota ke kota.
Namun, nama tas “Exxon” yang dipakai sebelumnya terhambat masalah hak cipta setelah mendapat komplain dari Exxon Mobil Corporation. Ia pun mengganti nama produknya menjadi Exsport (Exxon Sport).
Keputusan ini terbukti tepat, dan tas-tas produksinya mulai diterima pasar, dipasarkan oleh retail besar seperti Matahari, Ramayana, Gramedia, Gunung Agung, dan department store lainnya.
Brand Eiger, Terinspirasi dari Nama Gunung di Swiss
Pada 1993, Ronny Lukito memproduksi tas Eiger pertama kali, terinspirasi dari Gunung Eiger di Swiss. Tas ini dirancang untuk keperluan pendakian, panjat tebing, camping, dan aktivitas outdoor lainnya.
Awalnya, Eiger hanya memproduksi ransel yang didistribusikan terbatas kepada kelompok pecinta gunung, namun seiring waktu, produk berkembang mencakup peralatan outdoor lainnya.
Melihat permintaan yang terus meningkat, pada 1998, Ronny mendirikan pabrik Eiger pertama di Bandung. Meski krisis moneter menerpa dan membuatnya terlilit utang, usaha Eiger tetap bertahan tanpa harus mem-PHK karyawan.
Dengan kerja keras, Eiger tidak hanya pulih, tapi juga berkembang pesat, dan pada 1999 produk Eiger mulai merambah pasar internasional, termasuk Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Cina, Vietnam, dan Korea Selatan.