Seni Budaya

Mengenal Haminjon, Komoditas Batak yang Setara Emas

×

Mengenal Haminjon, Komoditas Batak yang Setara Emas

Sebarkan artikel ini
Mengenal Haminjon, Komoditas Batak yang Setara Emas
Doc. Foto: Indometro Media

KOROPAK.CO.ID – Masyarakat Batak pada masa lalu memiliki komoditas yang tak kalah berharga dengan emas. Komoditas ini dikenal sebagai haminjon, sebuah jenis kemenyan yang berasal dari tanaman Styrax Benzoin atau Olibanum.

Keberadaan haminjon ini sangat erat kaitannya dengan daerah-daerah di sekitar Danau Toba, terutama di Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, dan sekitarnya, seperti Kecamatan Pollung, Parlilitan, Dolok Sanggul, dan Sijamapolang.

Pada masa itu, haminjon memiliki nilai yang sangat tinggi. Berdasarkan catatan sejarah, sejak abad ke-5 Masehi, kemenyan ini sudah menjadi komoditas yang sangat dicari.

Haminjon bukan hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk campuran rokok, pengawet, antiseptik, atau parfum, namun juga memiliki peran penting dalam kebudayaan dan perdagangan internasional.

Harga haminjon bahkan setara dengan emas pada masa itu. Pedagang dari Timur Tengah, termasuk dari Arab dan Mesir, menjadi pembeli utama haminjon yang dihasilkan oleh para petani Batak. Kemenyan ini bahkan digunakan sebagai bahan pengawet mumi dalam tradisi Mesir kuno.

Melalui Pelabuhan Barus, haminjon diekspor hingga ke Timur Tengah dan menjadi bagian dari hadiah yang bernilai tinggi, setara dengan emas dan mur.

Baca: Tandok, Anyaman Tradisional Kebanggaan Perempuan Batak

Pada awal abad ke-20, tepatnya pada 1920, surat kabar Imanuel yang diterbitkan oleh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) melaporkan bahwa produksi haminjon telah mencapai 1,8 ton lebih dengan nilai jual 1,5 juta gulden.

Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa pedagang besar mendapatkan keuntungan besar dari perdagangan kemenyan ini, meskipun petani tidak memiliki kontrol atas harga dan hanya pasrah dengan harga yang ditetapkan oleh pengepul atau tauke.

Namun, seiring berjalannya waktu, harga haminjon mengalami penurunan yang signifikan. Pada masa kini, harga jual kemenyan berkualitas terbaik hanya mencapai sekitar Rp230.000 hingga Rp250.000 per kilogram, jauh lebih rendah dibandingkan harga masa lalu.

Penurunan harga ini, menurut beberapa petani, disebabkan oleh praktik penimbunan oleh tengkulak yang memperburuk kondisi pasar. Perubahan ini telah berdampak pada generasi muda masyarakat Batak. Banyak dari mereka yang enggan menjadi petani kemenyan, karena tidak lagi menjanjikan seperti dahulu.

Mereka lebih memilih untuk merantau atau bekerja di sektor lain. Meskipun demikian, para petani tua tetap berjuang untuk mempertahankan tradisi bertani kemenyan ini, meskipun perjuangan tersebut semakin berat seiring waktu.

Sejarah kemenyan Batak, yang dulunya begitu bernilai, kini menjadi kenangan yang harus dijaga. Namun, petani-petani tua masih berharap agar generasi penerus dapat memahami nilai sejarah ini dan kembali menjaga kelestarian kemenyan sebagai bagian dari warisan budaya mereka yang sangat berharga.

error: Content is protected !!