KOROPAK.CO.ID – Di kaki Gunung Penanggungan, Mojokerto, Jawa Timur, terletak sebuah saksi sejarah yang tak ternilai harganya: Prasasti Pucangan. Prasasti ini tak hanya menggambarkan kisah Raja Airlangga, namun juga simbol kemegahan budaya Nusantara yang telah terukir ratusan tahun lalu.
Batu bertulis tersebut menyimpan cerita besar tentang perjuangan seorang raja yang, setelah kehancuran istananya, membangun kembali kejayaan di tanah Jawa.
Prasasti yang ditemukan pada masa kolonial Inggris ini, pertama kali tercatat pada tahun 1812 saat Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles menjabat. Alih-alih tetap berada di tanah kelahirannya, prasasti tersebut dibawa ke India oleh Lord Minto, Gubernur Jenderal Inggris, dan kini tersimpan di Museum Kolkata.
Namun, kisah Prasasti Pucangan tidak hanya berhenti pada perjalanan fisiknya. Ia adalah saksi bisu perjalanan sejarah, menyatukan nama Raja Airlangga dengan Mpu Sindok, pendiri Dinasti Isyana yang menjadi fondasi dari peradaban besar di Jawa.
Dengan aksara Jawa Kuno dan Sanskerta yang terukir di batu, prasasti ini mencatat perjalanan hidup Raja Airlangga—perjuangannya untuk melarikan diri dari keruntuhan Kerajaan Medang hingga keputusan besar untuk membagi kerajaannya menjadi dua bagian: Janggala dan Panjalu, demi menjaga kedamaian.
Baca: Prasasti Padang Roco dan Jejak Diplomasi Nusantara
Pada tahun 1041, Airlangga menetapkan daerah Pucangan sebagai sima (tanah suci), sebuah tanda akan komitmennya terhadap perdamaian dan kebesaran kerajaannya.
Kini, harapan akan kembalinya Prasasti Pucangan ke Indonesia mengemuka. Dalam kunjungan Presiden Indonesia ke India pada 26 Januari mendatang, diharapkan ada upaya diplomasi budaya yang akan membawa pulang peninggalan sejarah tersebut.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan bahwa Prasasti Pucangan adalah simbol penting yang menyimpan silsilah para raja besar Nusantara. “Kepulangan prasasti ini bukan sekadar pemulihan artefak, tetapi juga bagian dari upaya mengembalikan narasi besar sejarah Nusantara kepada generasi penerus,” jelasnya.
Seperti halnya Raja Airlangga yang bangkit dari kehancuran untuk membangun kembali kerajaan, Prasasti Pucangan diharapkan dapat kembali ke tanah air sebagai simbol kebangkitan dan identitas bangsa.
Jika kelak kembali, prasasti ini akan menjadi saksi sejarah yang tak hanya mengingatkan kita akan kejayaan masa lalu, tetapi juga menginspirasi perjalanan bangsa menuju masa depan yang lebih cerah.