Actadiurna

Teater Populer Hidupkan Kembali Lakon Legendaris “Dag Dig Dug”

×

Teater Populer Hidupkan Kembali Lakon Legendaris “Dag Dig Dug”

Sebarkan artikel ini
Teater Populer Hidupkan Kembali Lakon Legendaris Dag Dig Dug
Doc. Foto: GNFI

KOROPAK.CO.ID – JAKARTA – Setelah lama vakum, Teater Populer kembali mencuri perhatian dengan mementaskan naskah legendaris karya Putu Wijaya, Dag Dig Dug. Pentas ini digelar pada 25 dan 26 Januari 2025 di Teater Salihara, Jakarta, di bawah arahan aktor kawakan sekaligus pendiri Teater Populer, Slamet Rahardjo Djarot.

Berlangsung dengan dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation dan AP Production, pementasan ini bukan sekadar pengulangan sejarah. Drama yang pertama kali dimainkan Teater Populer pada 1977 ini dirayakan sebagai salah satu karya besar yang menggambarkan kompleksitas kehidupan manusia.

Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, menegaskan pentingnya keberadaan Teater Populer sebagai tonggak seni pertunjukan Indonesia sejak 1968. “Kami sangat mendukung agar Teater Populer terus berkarya dan mewarnai dunia seni di Indonesia,” ujarnya.

Lakon Dag Dig Dug bercerita tentang pasangan suami istri lanjut usia tanpa anak yang menghadapi pergolakan hidup di tengah isu kehilangan, kecurigaan, dan hubungan sosial.

Sebuah telegram mengabarkan kematian Chaerul Umam, mantan penghuni kos mereka yang disusul dengan situasi pelik terkait uang santunan. Konflik menyentuh isu moral, penderitaan, dan ironi kehidupan, yang ditampilkan melalui dialog tajam dan penuh renungan.

Slamet Rahardjo, yang juga tampil sebagai pemeran utama, menyebut naskah ini tetap relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini. “Bukankah belakangan ini kita sering dibuat deg-degan?” katanya, merujuk pada relevansi lakon dengan kondisi sosial kontemporer.

Baca: WBI Foundation Hadirkan ‘City of Love’ di Panggung Teater Jakarta

Tak hanya mengangkat kisah yang sarat emosi, pementasan ini juga menjadi ajang kritik sosial. Isu gaya hidup, demokrasi, hingga persoalan lingkungan disampaikan melalui sentuhan satir yang membuat penonton tertawa getir dan merenung.

Slamet melakukan enam revisi pada naskah asli, namun tetap menjaga inti cerita yang menggambarkan kekacauan dalam diri manusia dan lingkungannya. Dialog pun kerap terasa berbicara langsung kepada penonton, seolah menyentuh realitas masa kini.

Pementasan ini membawa kenangan manis bagi Slamet Rahardjo dan Niniek L. Karim, yang kembali memerankan pasangan suami istri dalam Dag Dig Dug, setelah pertama kali melakukannya pada 1977 di Taman Ismail Marzuki. Kini, 48 tahun kemudian, mereka membawa pengalaman dan kematangan akting yang semakin menyempurnakan lakon ini.

Niniek mengungkapkan bahwa partisipasinya kali ini adalah bentuk penghormatan kepada Teguh Karya, pendiri Teater Populer. “Kalau bukan karena beliau, saya tidak akan menjadi seperti sekarang,” ujar Niniek, yang juga dikenal sebagai akademisi dan aktris peraih berbagai penghargaan.

Selain Slamet dan Niniek, pentas ini dimeriahkan aktor-aktor ternama seperti Reza Rahadian, Donny Damara, Jose Rizal Manua, Kiki Narendra, dan Onkar Sadawira. Produksi ini diproduseri oleh Paquita Wijaya dan Samuel Wattimena, dengan Taba Sanchabakhtiar sebagai co-producer.

Pementasan ini tak hanya menjadi perayaan seni teater tetapi juga tonggak penting yang menunjukkan bahwa seni klasik tetap bisa berbicara di masa kini, menggugah hati, dan menyentuh jiwa penontonnya.

error: Content is protected !!