KOROPAK.CO.ID – Sejarah dunia keuangan mencatat berbagai anomali dalam sistem nilai tukar, baik akibat faktor ekonomi global maupun kesalahan teknis. Pada awal Februari 2025, warganet dikejutkan dengan tampilan kurs di Google yang menunjukkan 1 dolar Amerika Serikat (AS) hanya senilai Rp 8.170, angka yang jauh dari realitas pasar.
Sebelumnya, pada 31 Januari 2025, kurs rupiah terhadap dolar AS masih berada di angka Rp 16.355. Namun, hanya dalam hitungan hari, media sosial X (sebelumnya Twitter) dipenuhi tangkapan layar yang memperlihatkan nilai tukar yang anjlok drastis. Kata kunci “Dollar” dan “Error” pun langsung bertengger di puncak trending topic Indonesia.
Sejumlah pengguna X berspekulasi tentang penyebab perubahan mendadak ini. Beberapa mengaitkannya dengan insiden kecelakaan pesawat di Philadelphia, AS, sementara yang lain meyakini ini hanyalah bug pada sistem Google.
“Ini pasti error. Simpen aja buat kenang-kenangan,” cuit akun @f****.
Sementara itu, akun @e**** menulis, “Sepertinya hanya bug kecil pada konversi kurs dolar ke rupiah dan euro ke rupiah. Kalau dicek pakai perantara kurs lain, 1 USD tetap di angka 16 ribuan rupiah.”
Anomali kurs yang muncul di platform digital bukanlah hal baru. Sejarah mencatat kejadian serupa di beberapa tahun sebelumnya, ketika data nilai tukar yang ditampilkan oleh mesin pencari mengalami gangguan akibat kesalahan dalam pengambilan data dari sumber pihak ketiga.
Baca: Sejarah 26 Tahun Perjalanan Google, Dari Mesin Pencari ke Raksasa Teknologi
Pada 2018, misalnya, Google sempat menampilkan nilai tukar dolar AS terhadap rupee India dengan selisih yang jauh dari angka sebenarnya, yang kemudian dikonfirmasi sebagai kesalahan teknis.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Google terkait fenomena yang mengejutkan ini. Tim Tekno Liputan6.com telah menghubungi perusahaan teknologi tersebut, tetapi belum memperoleh jawaban.
Di tengah kontroversi kurs dolar yang menghebohkan, Google justru mengumumkan ekspansi besar dalam layanan kecerdasan buatan (AI) mereka. AI kini akan disertakan dalam paket Google Workspace Business dan Enterprise, tanpa perlu pembelian add-on tambahan.
Menurut President Cloud Application Google, Jerry Dischler, integrasi AI ini akan membawa perubahan mendasar dalam dunia kerja, mulai dari pencatatan notulen otomatis hingga analisis data yang lebih cepat.
Namun, dengan adanya insiden tampilan kurs yang tidak akurat, muncul pertanyaan mengenai reliabilitas sistem AI Google dalam menyajikan informasi yang sensitif, terutama terkait data keuangan global. Apakah ini hanya bug kecil atau cerminan dari tantangan teknologi di era AI? Sejarah akan mencatat bagaimana Google menangani fenomena ini.