Actadiurna

Malioboro Membara! Pekan Budaya Tionghoa 2025 Resmi Dibuka

×

Malioboro Membara! Pekan Budaya Tionghoa 2025 Resmi Dibuka

Sebarkan artikel ini
Malioboro Membara! Pekan Budaya Tionghoa 2025 Resmi Dibuka
Doc. Foto: RRI

KOROPAK.CO.ID – Yogyakarta, kota yang sejak lama menjadi simpul pertemuan berbagai kebudayaan, kembali menjadi saksi perayaan besar yang mengusung semangat keberagaman.

Pada Kamis petang, 6 Februari 2025, kawasan sepanjang Jalan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer dipadati oleh ribuan masyarakat yang antusias menyaksikan pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY). Perhelatan tahunan ini telah menjelma menjadi salah satu agenda budaya penting yang mengukuhkan harmoni dalam keberagaman.

Dibuka dengan karnaval budaya yang berlangsung sejak pukul 19.00 hingga 21.00 WIB, Pekan Budaya Tionghoa tidak sekadar menampilkan unsur-unsur khas Tionghoa seperti Liong dan Barongsai.

Atraksi seni dari berbagai daerah turut mewarnai perhelatan ini, mencerminkan akulturasi yang telah lama menjadi ciri khas Yogyakarta sebagai kota budaya. Perayaan pun diiringi dengan pesta kembang api yang menerangi langit malam, mempertegas semangat perayaan yang penuh kegembiraan.

Sejumlah ruas jalan menuju Malioboro ditutup dan dialihkan untuk mendukung kelancaran acara. Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa sepanjang trotoar hingga kawasan panggung utama di Titik Nol Kilometer nyaris tak menyisakan ruang kosong, menandakan besarnya antusiasme publik terhadap perayaan ini.

Keberadaan Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam acara pembukaan semakin menegaskan arti penting pekan budaya ini. Dalam pidatonya, Sultan menyampaikan bahwa PBTY bukan sekadar hiburan, melainkan juga sarana edukasi kultural.

“Perayaan ini mencerminkan betapa kayanya keragaman suku bangsa yang hidup di Indonesia. Kreasi kultural yang dihadirkan bukan hanya sekadar tontonan, tetapi juga menjadi bagian dari upaya memperkaya wawasan kita tentang keberagaman bangsa,” ujar Sultan.

Baca: Event Akbar PBTY, Bukti Yogyakarta Ramah Akulturasi Budaya

Tahun 2025 menandai perayaan Tahun Baru Imlek 2576, yang bertepatan dengan Tahun Ular Kayu. Dalam tradisi Tionghoa, unsur kayu dalam siklus ini melambangkan kehormatan, kesejahteraan, serta energi pertumbuhan dan kreativitas. Momentum ini, menurut Sultan, selaras dengan semangat membangun keindonesiaan yang lebih inklusif.

“Budaya adalah ciri suatu bangsa, dan karakter khas setiap suku hendaknya tidak dihilangkan, melainkan dipertahankan sebagai bagian dari keanekaragaman yang memperkaya bangsa ini,” tambahnya.

Tak hanya berkontribusi pada dinamika sosial budaya, PBTY juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Selama sepekan ke depan, kegiatan ini diprediksi tidak hanya menggerakkan roda perekonomian di sekitar Kampung Ketandan, pusat perhelatan utama, tetapi juga merambah ke berbagai sektor di Yogyakarta.

Ketua Panitia PBTY XX 2025, Antonius Simon, menegaskan bahwa partisipasi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam acara ini sangat tinggi. “Dari total 138 slot tenant yang tersedia, seluruhnya telah terisi penuh. Bahkan, kami harus mengeliminasi lebih dari 500 pendaftar lainnya karena keterbatasan ruang,” ungkap Simon.

PBTY 2025 juga menghadirkan berbagai atraksi menarik, dari ragam kuliner khas hingga penampilan seni akulturasi yang mencerminkan persinggungan budaya Indonesia dan Tionghoa. Keberadaan Teras Malioboro Baru di Kampung Ketandan semakin memperkaya kemeriahan acara, menghadirkan ruang interaksi yang lebih luas bagi pengunjung.

Sebagai kota yang sarat dengan sejarah dan tradisi, Yogyakarta sekali lagi membuktikan bahwa perbedaan budaya bukanlah penghalang, melainkan jembatan yang memperkuat persatuan.

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta bukan sekadar perayaan, tetapi juga sebuah refleksi tentang bagaimana kebersamaan dalam keberagaman tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa.

error: Content is protected !!