Actadiurna

Peresean hingga Penobatan Puteri Siap Meriahkan Bau Nyale 2025

×

Peresean hingga Penobatan Puteri Siap Meriahkan Bau Nyale 2025

Sebarkan artikel ini
Peresean hingga Penobatan Puteri Siap Meriahkan Bau Nyale 2025
Doc. Foto: ANTARA

KOROPAK.CO.ID – LOMBOK – Setiap tahun, Lombok, Nusa Tenggara Barat, menjadi saksi kemeriahan Festival Bau Nyale, sebuah tradisi kuno yang kini menjadi magnet pariwisata internasional.

Pada 18-19 Februari 2025, festival yang penuh warna dan sarat makna budaya ini kembali digelar di Pantai Seger, Mandalika, dengan rangkaian acara yang memukau wisatawan lokal maupun mancanegara.

Dalam bahasa Sasak, Bau berarti menangkap, sedangkan Nyale adalah cacing laut yang muncul setahun sekali di pesisir selatan Lombok. Tradisi ini bukan sekadar perburuan cacing, melainkan perwujudan kisah Puteri Mandalika, seorang putri jelita yang rela mengorbankan diri demi kedamaian kerajaannya.

Menurut legenda, Puteri Mandalika menjelma menjadi Nyale untuk menghindari perselisihan di antara para pangeran yang memperebutkan cintanya. Hingga kini, masyarakat Sasak mempercayai bahwa kemunculan Nyale di laut selatan adalah perwujudan sang putri yang tetap hadir untuk memberikan berkah dan kemakmuran.

Tidak sembarang waktu, puncak Bau Nyale ditentukan melalui Sangkep Warige, musyawarah para tokoh adat dan tetua masyarakat. Berdasarkan penanggalan Sasak, Nyale muncul pada tanggal 20 bulan 10. Selain itu, tanda-tanda alam seperti banyaknya capung beterbangan dan curah hujan yang tinggi turut menjadi indikator kemunculan Nyale.

“Jika air dari darat mengalir deras ke laut, itu menandakan banyaknya Nyale. Sebaliknya, jika aliran air sedikit, maka Nyale yang muncul pun lebih sedikit,” jelas Lalu Sandika Irwan, Ketua Masyarakat Sadar Wisata Lombok Tengah.

Perayaan tahun ini dibuka dengan Pertunjukan Peresean pada 14-16 Februari di Kuta Beach Park, yang dikenal sebagai Senek Kuta Lombok. Peresean adalah tradisi adu ketangkasan yang menjadi bagian dari kekayaan budaya Sasak.

Para petarung yang disebut “Pepadu” saling berhadapan menggunakan tongkat rotan sebagai senjata dan perisai dari kulit kerbau. Adu ketangkasan ini tidak sekadar pertarungan fisik, tetapi juga ekspresi keberanian dan kehormatan.

“Peresean ini selalu dinantikan, terutama oleh para jagoan yang ingin menunjukkan keberanian dan keterampilan bertarung mereka,” ungkapnya.

Dilanjutkan dengan Parade Siu Puteri Mandalika pada 17 Februari 2025, sebanyak 1.000 siswi dari tingkat SD hingga SMA akan mengenakan busana khas Puteri Mandalika yang anggun dan elegan.

Parade ini menjadi simbol penghormatan kepada legenda Puteri Mandalika sekaligus memperlihatkan kekayaan budaya Sasak yang menawan. Puncak acara berlangsung pada 18 Februari malam di Bukit Seger, The Mandalika, diiringi penobatan Puteri Mandalika 2025.

Baca: Tradisi Sakral Bau Nyale Lombok Tengah dan Mitos Putri Mandalika

Ribuan masyarakat dan wisatawan akan memadati pesisir pantai, menanti momen Bau Nyale saat fajar menyingsing. Berbekal jaring tradisional dan ember, mereka beramai-ramai menangkap Nyale yang dipercaya membawa keberuntungan dan kesejahteraan.

Festival Bau Nyale digelar di beberapa titik pantai selatan, mulai dari Teluk Awang, Pantai Kaliantan, Bumbang, Gerupuk, Seger, Are Guling, Tampah, hingga Selong Belanak dan Torok. Lokasi ini dapat ditempuh dari Kota Mataram dengan jarak sekitar 60 kilometer atau 30 kilometer dari Bandara Internasional Lombok.

Tidak hanya warga lokal, Festival Bau Nyale juga menarik minat wisatawan mancanegara. Lalu Sandika mengungkapkan, “Beberapa turis dari Spanyol dan Argentina sudah mengkonfirmasi kehadiran mereka tahun ini. Mereka penasaran dengan keunikan tradisi ini sebagai pengalaman yang tak terlupakan,” katanya.

Sejak menjadi atraksi wisata ikonik di Nusa Tenggara Barat, Festival Bau Nyale dimeriahkan oleh berbagai atraksi kesenian dari tengah malam hingga dini hari. Tarian tradisional, musik Gendang Beleq, hingga pementasan drama kisah Puteri Mandalika menjadi hiburan yang memukau penonton.

Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) turut berperan aktif dalam menyukseskan festival budaya ini. Mulai dari menyiapkan venue, memastikan kelancaran acara, hingga menjamin keamanan dan kenyamanan pengunjung.

Selain itu, ITDC menggelar Giat Bersih Gotong Royong pada 14 Februari 2025 di Pantai Seger, sebagai bentuk komitmen terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan.

General Manager The Mandalika, Wahyu M. Nugroho, menegaskan, Bau Nyale bukan hanya perayaan budaya terbesar di Lombok, tetapi juga daya tarik utama pariwisata di The Mandalika. “ITDC berkomitmen untuk menyediakan fasilitas memadai dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendukung kelancaran festival ini,” ucapnya.

Festival Bau Nyale bukan sekadar acara tahunan, melainkan warisan budaya Sasak yang terus hidup di tengah modernisasi. Di balik kemeriahan dan pesonanya, tersimpan nilai-nilai kearifan lokal, persatuan, dan penghormatan terhadap leluhur.

Setiap tetes air laut yang membawa Nyale, setiap cerita yang dituturkan, dan setiap tarian yang ditampilkan menjadi bukti bahwa budaya Sasak tetap lestari dan menginspirasi generasi penerus.

Dengan segala keunikan dan kemegahannya, Festival Bau Nyale 2025 di Mandalika tak sekadar menjadi pesta budaya, melainkan perayaan kehidupan, warisan leluhur, dan kekayaan pariwisata Indonesia di mata dunia.

error: Content is protected !!