Memoar

Mengenal Eko Nugroho, Ikon Seni Kontemporer Yogyakarta

×

Mengenal Eko Nugroho, Ikon Seni Kontemporer Yogyakarta

Sebarkan artikel ini
Mengenal Eko Nugroho, Ikon Seni Kontemporer Yogyakarta
Doc. Foto: artopologi.com

KOROPAK.CO.ID – Nama Eko Nugroho bukanlah nama asing dalam kancah seni rupa Asia dan Eropa. Seniman kelahiran Yogyakarta pada tahun 1977 ini telah menorehkan jejak yang begitu kuat dalam dunia seni kontemporer, menjadikannya salah satu seniman Indonesia yang diakui di panggung internasional.

Namun, siapa sebenarnya Eko Nugroho dan bagaimana perjalanan kreatifnya hingga bisa mencapai titik ini?

Eko Nugroho tumbuh besar di Yogyakarta, kota yang dikenal sebagai pusat budaya dan seni di Indonesia. Lingkungan yang sarat dengan nuansa seni tradisional dan modern ini membentuk imajinasinya sejak kecil.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, sebuah lembaga yang melahirkan banyak seniman besar Indonesia. Di kampus inilah Eko mulai mengeksplorasi beragam medium seni, dari lukisan, drawing, sulaman, patung, video hingga mural.

Yang menarik, Eko tidak memulai kariernya dari galeri-galeri mewah, melainkan dari jalanan. Ia berakar pada seni jalanan dan seni berbasis komunitas, membawa nuansa urban dan isu sosial ke dalam karyanya. Gaya ini kemudian menjadi ciri khas yang membedakan Eko dengan seniman lainnya.

Pada awal tahun 2000-an, Eko mendirikan komunitas komik bernama Daging Tumbuh. Komunitas ini tidak hanya menjadi wadah bagi seniman muda untuk berkarya, tetapi juga mengusung semangat Do It Yourself yang kuat.

Tanpa bergantung pada penerbit besar, Eko dan teman-temannya secara mandiri mencetak dan menyebarkan karya-karya komik mereka. Langkah ini tak hanya memperluas jangkauan karyanya, tetapi juga memperkaya skena seni alternatif di Indonesia.

Nama Eko Nugroho semakin melejit saat ia muncul dalam salah satu adegan di film Ada Apa Dengan Cinta? 2 yang dirilis pada tahun 2016. Dalam adegan tersebut, tokoh Rangga dan Cinta mengunjungi pameran seni di sebuah hotel di Yogyakarta yang menampilkan karya-karya Eko.

Momen ini bukan hanya membawa nostalgia bagi penonton, tetapi juga memperkenalkan seni kontemporer Eko kepada generasi muda. Bersama dengan Eko, film tersebut turut mempopulerkan Papermoon Puppet Theatre, sebuah kelompok teater boneka kontemporer dari Yogyakarta.

Baca: Kisah Syarifa, Melestarikan Seni Tradisional Lewat Wayang Potehi

Tidak berhenti di Indonesia, Eko Nugroho berhasil membawa karyanya melanglang buana. Ia menggelar berbagai pameran tunggal, kolektif, hingga residensi di luar negeri. Beberapa pameran yang sukses menarik perhatian dunia antara lain:
– LOST IN Parody di Arario Gallery, Seoul, Korea Selatan (2020)
– NOWHERE IS MY DESTINATION di Artfront Gallery, Tokyo, Jepang (2019)
– PLASTIC DEMOCRACY di Arndt Art Agency, Berlin, Jerman (2018)
– SEMELAH di Asia Society (Commission Project), New York, AS (2017)
– UH-OH UH-OH UH-OH (THE WORLD COMPLAINING) di Arario Gallery Shanghai, China (2016)
– LOT LOST di Art Gallery of New South Wales, Sydney, Australia (2016)

Keunikan karya Eko Nugroho yang memadukan elemen lokal dengan isu global membuatnya diminati oleh kolektor dan lembaga seni internasional. Karyanya menjadi koleksi tetap di berbagai museum dan galeri ternama, di antaranya:
– Musee d’Art Moderne Paris, Prancis
– The Guy & Myriam Ullens Foundation, Tiongkok
– Singapore Art Museum, Singapura
– Musee des Beaux-arts de Lyon, Prancis
– Artnow International A3 Collection, San Francisco, AS
– Tropen Museum, Amsterdam, Belanda
– Arario Collection, Cheonan, Korea Selatan
– Queensland Art Gallery | Gallery of Modern Art, Brisbane, Australia
– Asia Society Museum, New York, AS

Melalui karya-karyanya yang seringkali menggugah pemikiran dan memicu diskusi sosial, Eko Nugroho tidak hanya berhasil menjangkau audiens yang luas, tetapi juga memberikan warna baru dalam seni kontemporer Indonesia.

Ia membuktikan bahwa seni bisa lahir dari jalanan dan berkembang menjadi bahasa universal yang dipahami di seluruh dunia. Di usianya yang kini memasuki akhir 40-an, Eko Nugroho tetap produktif dan terus mengeksplorasi medium baru, menjadikan dirinya sebagai ikon seni kontemporer yang menginspirasi banyak seniman muda.

Dengan semangat yang tak pernah padam, Eko menunjukkan bahwa seni adalah cerminan dari zaman dan masyarakat, serta menjadi alat perubahan yang kuat dalam menghadapi dinamika dunia.

error: Content is protected !!