KOROPAK.CO.ID – TASIKMALAYA – Pada Selasa, 4 Maret 2025, sejarah baru tercatat di Kota Tasikmalaya. Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, yang baru saja resmi menjabat bersama Wakil Wali Kota, Diky Chandra, dihadapkan pada tantangan awal berupa aksi unjuk rasa dari puluhan mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Tasikmalaya.
Aksi ini berlangsung di depan Gedung DPRD Kota Tasikmalaya, tepat setelah Viman melakukan serah terima jabatan untuk masa jabatan 2025-2030. Aksi ini bermula dari orasi yang digelar di Simpang Jati sebelum massa bergerak menuju Gedung DPRD sekitar pukul 11.00 WIB.
Para mahasiswa yang tergabung dalam PMII menuntut perhatian serius dari Viman-Diky untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di Kota Tasikmalaya.
Agus Salim, koordinator lapangan aksi, menyampaikan bahwa mahasiswa menyoroti permasalahan yang tak kunjung terselesaikan di Kota Tasikmalaya. Agus menegaskan bahwa mereka menginginkan Viman dan Diky untuk segera menyelesaikan isu-isu krusial yang selama ini menjadi beban masyarakat.
“Kami selalu melakukan advokasi tentang permasalahan yang belum pernah selesai hingga saat ini. Kami berharap Wali Kota bisa menyelesaikan masalah-masalah tersebut,” ujar Agus di hadapan awak media.
Salah satu isu utama yang disoroti adalah Peraturan Daerah (Perda) tentang tata nilai yang dinilai belum berjalan efektif dan sering disalahgunakan oleh oknum tertentu untuk melakukan aksi sweeping.
“Itu melanggar aturan, karena yang memiliki kewenangan untuk menegakkan Perda adalah Satpol PP. Jangan sampai tagline Pak Viman ‘Harapan Baru, Tasik Maju’ menjadi kenyataan palsu, malah menjadi ‘Tasik Bau’ atau ‘Tasik Halu’,” sindir Agus.
Baca: Sertijab Wali Kota Tasik 2025-2030, Viman Alfarizi Paparkan Visi-Misi Lima Tahun ke Depan
Selain itu, Agus memaparkan bahwa terdapat 10 poin tuntutan yang diajukan mahasiswa, di antaranya adalah polemik sampah dan maraknya parkir liar yang dianggap mengganggu ketertiban kota. “Kami meminta wali kota menegaskan kembali kewenangan dan tanggung jawabnya untuk menyelesaikan persoalan ini,” tegasnya.
Dalam menghadapi aksi ini, Viman Alfarizi merespons dengan sikap terbuka dan berkomitmen untuk menangani berbagai permasalahan yang disampaikan mahasiswa. Viman menyatakan bahwa dalam 100 hari kerja pertamanya, ia akan fokus pada layanan dasar masyarakat, termasuk persoalan sampah dan keamanan kota dari aksi geng motor.
“Soal Perda tata nilai, kami akan kaji kembali. Sosialisasi yang kurang baik menjadi penyebab kebingungan di masyarakat. Oleh karena itu, kami akan memastikan Perda tersebut tersosialisasi dengan baik dan tidak disalahgunakan oleh pihak tertentu,” jelas Viman.
Masalah sampah yang menjadi keluhan utama masyarakat juga menjadi perhatian serius bagi Viman. Ia menjelaskan bahwa setiap hari, Kota Tasikmalaya menghasilkan sekitar 300 ton sampah, sementara yang berhasil ditangani baru sekitar 260 ton. “Artinya, masih ada selisih yang cukup besar. Ini menjadi PR besar kami ke depan,” ujarnya.
Sebagai solusi, Viman akan mengintervensi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah. “Tidak boleh ada tempat sampah liar. Jika ini dibiarkan, akan berdampak pada bencana banjir dan masalah lingkungan lainnya,” tegasnya.
Unjuk rasa ini menjadi catatan penting dalam sejarah perjalanan awal kepemimpinan Viman-Diky. Tuntutan mahasiswa PMII mencerminkan harapan besar masyarakat Kota Tasikmalaya kepada pemimpin baru mereka untuk mewujudkan perubahan nyata dan menjadikan Tasikmalaya sebagai kota yang lebih baik di masa mendatang.