KOROPAK.CO.ID – Mudik telah menjadi tradisi tahunan yang lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Sejak dulu, momen pulang kampung ini menjadi ajang berkumpulnya keluarga dan mempererat silaturahmi.
Namun, di balik tradisi yang penuh makna ini, perjalanan mudik sering kali diwarnai dengan kemacetan panjang, yang bisa menjadi ujian fisik dan mental bagi para pemudik. Salah satu tantangan yang kerap muncul di tengah perjalanan panjang adalah keinginan untuk buang air besar (BAB) di saat sulit menemukan toilet.
Menahan BAB di tengah perjalanan bukanlah fenomena baru. Dalam catatan sejarah, perjalanan darat di Indonesia, terutama saat arus mudik, telah lama menghadirkan tantangan tersendiri.
Pada masa-masa awal mudik lebaran, fasilitas toilet umum di sepanjang jalur mudik masih minim, sehingga para pemudik sering kali harus mencari akal untuk mengatasi dorongan alami tubuh mereka.
Meski kini fasilitas umum semakin banyak tersedia di sepanjang jalur mudik, kondisi kemacetan ekstrem tetap membuat akses ke toilet menjadi sulit. Oleh karena itu, kemampuan menahan BAB dengan cara yang tepat menjadi keterampilan penting bagi para pemudik.
Berbagai cara telah dipraktikkan oleh para pemudik dari masa ke masa untuk mengatasi keinginan BAB di tengah kemacetan. Beberapa metode yang paling efektif di antaranya:
1. Mengencangkan Otot Anus
Teknik ini telah lama dikenal sebagai cara efektif untuk menunda keinginan BAB. Dengan mengencangkan otot sfingter anus, dorongan untuk BAB bisa ditekan sementara waktu. Teknik ini banyak digunakan para pengemudi dan penumpang saat terjebak di tengah kemacetan panjang.
2. Mengatur Posisi Tubuh
Sejak dulu, posisi tubuh dipercaya berpengaruh pada sistem pencernaan. Berdiri atau berbaring dinilai lebih efektif dalam mengurangi tekanan pada lambung, dibandingkan dengan posisi duduk atau jongkok yang justru bisa mempercepat pergerakan usus.
3. Menghindari Makanan dan Minuman Pemicu BAB
Para pemudik berpengalaman kerap menghindari makanan berserat tinggi seperti kacang-kacangan, sayuran hijau, atau makanan pedas sebelum berangkat. Minuman seperti kopi dan jus buah juga sering dihindari karena dapat merangsang pergerakan usus.
Baca: 4 Olahraga Low Impact yang Efektif Menjaga Kebugaran dan Kesehatan Tubuh
Dalam sejarah perjalanan mudik, banyak kasus medis yang disebabkan oleh kebiasaan menahan BAB terlalu lama. Beberapa risiko kesehatan yang pernah dialami oleh para pemudik meliputi:
1. Sembelit
Sembelit adalah risiko paling umum akibat sering menahan BAB. Frekuensi buang air besar yang berkurang bisa menyebabkan tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan.
2. Impaksi Feses
Kasus impaksi feses pernah menjadi masalah serius di kalangan pemudik. Ketika tinja mengeras hingga menyerupai batu, kondisi ini bisa menyebabkan nyeri hebat dan memerlukan penanganan medis.
3. Hilangnya Keinginan BAB
Dalam catatan medis, beberapa pemudik yang sering menahan BAB akhirnya mengalami hipersensitivitas rektal, di mana tubuh kehilangan sinyal alami untuk buang air besar.
4. Fisura Ani dan Wasir
Kasus fisura ani dan wasir juga tercatat dalam perjalanan mudik. Ketika tinja keras dipaksa keluar, hal ini bisa menyebabkan robekan di saluran anus dan pembengkakan pembuluh darah di sekitar rektum.
Seiring dengan berkembangnya infrastruktur mudik di Indonesia, tantangan seperti sulitnya menemukan toilet di jalur mudik sudah mulai teratasi.
Namun, menjaga kesehatan pencernaan dan memahami cara menahan BAB dengan aman tetap menjadi pengetahuan penting bagi para pemudik. Tradisi mudik yang penuh makna akan terasa lebih nyaman jika tubuh dalam kondisi prima dan dorongan alami tubuh bisa dikelola dengan baik.