KOROPAK.CO.ID – Ketegangan sempat mencuat ke publik ketika nama Hercules Rosario Marshal bersitegang secara terbuka dengan dua purnawirawan jenderal TNI. Akar peristiwa bermula dari pernyataan Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta dan jenderal baret merah yang dikenal vokal soal keamanan.
Dalam sebuah tayangan televisi pada awal Mei 2025, Sutiyoso menyuarakan keresahannya mengenai maraknya aksi premanisme di tubuh sejumlah organisasi masyarakat. Ia mendukung wacana revisi Undang-Undang Ormas, dengan menilai bahwa “ormas berpakaian lebih tentara dari tentara” sudah keterlaluan.
Pernyataan tersebut menyulut reaksi keras dari Hercules, tokoh ormas yang dikenal luas di dunia bawah Jakarta. Ia menyindir tajam Sutiyoso dengan menyebut bahwa sang jenderal “sudah bau tanah” dan sebaiknya tidak ikut campur.
Ucapan ini memicu kemarahan dari Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. Mantan Panglima TNI itu menilai ucapan Hercules sebagai penghinaan terhadap senior dan mencela sikapnya yang dinilai tidak sopan.
Namun, suasana panas mereda sejenak saat Hercules menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada Sutiyoso, sembari menegaskan tetap tidak gentar kepada Gatot. “Saya tidak takut dengan Anda,” ujar Hercules lantang dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan ini membawa kembali perhatian publik pada sosok Gatot Nurmantyo, seorang tokoh militer dengan karier cemerlang dan kiprah yang terus bergema bahkan setelah pensiun.
Baca: Perjalanan Jeffrey Hendrik, Dari Phintraco Sekuritas ke BEI
Gatot lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada 13 Maret 1960. Nama “Gatot” yang disematkan kepadanya bukan tanpa makna, ayahnya memberi nama tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan nasional Jenderal Gatot Subroto. Menapaki jejak militer sejak tamat SMA, Gatot lulus dari Akademi Militer tahun 1982 dan memulai karier di satuan elit Kostrad.
Selama dekade pengabdiannya, Gatot menempati berbagai posisi strategis: mulai dari Gubernur Akmil (2010), Pangdam Brawijaya (2011), Dankodiklat TNI AD, hingga menjabat Pangkostrad pada 2013.
Di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ia diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Setahun berselang, pada 2015, Presiden Joko Widodo melantiknya sebagai Panglima TNI ke-16, menggantikan Jenderal Moeldoko.
Akan tetapi, pengaruh Gatot tidak berhenti di dunia militer. Ia ikut mewarnai dinamika sosial-politik setelah pensiun. Pada 2020, di tengah gejolak isu RUU Haluan Ideologi Pancasila, Gatot muncul sebagai salah satu deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Bersama tokoh nasional lain seperti Din Syamsuddin, ia menyuarakan kritik terhadap arah kebijakan nasional, menyuarakan pentingnya moral, keadilan, dan kesetiaan terhadap Pancasila.
Dikenal religius dan dekat dengan ulama, Gatot kini menjadi figur yang tak hanya dikenang lewat karier militernya, tetapi juga perannya dalam membentuk wacana publik di tengah ketegangan sosial-politik yang terus bergulir.