KOROPAK.CO.ID – JAKARTA – Dalam pidato pembukaannya pada The 19th Session of the Conference of the Parliamentary Union of OIC Member States (PUIC), Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyerukan urgensi tata kelola pemerintahan yang baik dan institusi negara yang kuat sebagai kunci ketahanan bangsa serta kontribusi umat Islam di panggung dunia.
Bertempat di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Presiden Prabowo menegaskan bahwa persoalan umat Islam saat ini bukan semata-mata soal Palestina, melainkan juga menyangkut tantangan struktural yang telah mengakar selama dekade terakhir, kemiskinan, korupsi, ketimpangan pendidikan, serta krisis dalam pengelolaan sumber daya alam.
“Tanpa tata kelola yang baik, tanpa lembaga yang kuat, tanpa pemimpin-pemimpin yang jujur, pejabat-pejabat yang mengabdi kepada rakyatnya, negara tak akan pernah memiliki daya tahan, apalagi daya saing,” tegasnya dalam forum yang dihadiri para delegasi negara-negara anggota OKI.
Pernyataan ini mencerminkan kesinambungan sikap Indonesia sejak masa kemerdekaan, yang memandang reformasi internal sebagai prasyarat mutlak bagi peran strategis di level global.
Di era kepemimpinannya, Prabowo melanjutkan langkah-langkah strategis yang telah dirintis sebelumnya: reformasi birokrasi, peningkatan kualitas SDM, serta pembangunan ketahanan pangan dan energi nasional.
“Kalau kita lemah, tidak mungkin kita bisa bantu Palestina. Bahkan suara kita pun tidak akan didengar. Suara kita akan diperhitungkan hanya jika kita bersatu dan kuat,” tambahnya.
Baca: Momentum Hardiknas, Prabowo Tegaskan Pendidikan Sebagai Poros Masa Depan Bangsa
Pesan tersebut kembali diperkuat setelah kunjungan kenegaraan Prabowo ke Brunei Darussalam di hari yang sama, di mana ia dan Sultan Hassanal Bolkiah menyepakati pentingnya posisi dunia Islam sebagai solusi bagi krisis kemanusiaan global.
Dalam refleksi yang bersandar pada nilai-nilai klasik Islam, Prabowo menyebut bahwa cinta kasih dan keadilan adalah inti warisan yang harus dihidupkan kembali.
Mengutip keteladanan tokoh-tokoh besar seperti Umar bin Khattab dan Muhammad Al-Fatih, Presiden Prabowo menyerukan agar negara-negara Islam menghentikan rivalitas internal dan melangkah ke depan dengan visi bersama untuk peradaban yang lebih maju dan damai.
“Mari kita satukan langkah. Kita hidupkan kembali semangat-semangat tokoh besar kita. Kita buktikan bahwa Islam hadir sebagai rahmat bagi semesta alam,” pungkasnya.
Pidato ini menandai momen penting dalam sejarah diplomasi Islam modern, di mana Indonesia menegaskan kembali perannya sebagai jangkar moral dan strategis di tengah kompleksitas geopolitik dunia Islam abad ke-21.