KOROPAK.CO.ID – TEMANGGUNG – Temanggung, sebuah kabupaten berhawa sejuk di lereng Gunung Sumbing, sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra tembakau terbaik di Indonesia.
Aroma khas tembakau rajangan kering yang dijemur di halaman rumah rakyat menjadi bagian dari denyut nadi ekonomi lokal. Namun, tahun 2025 mencatat babak suram dalam sejarah panjang pertanian tembakau daerah ini.
Pukulan telak datang ketika sejumlah pabrikan rokok besar seperti Gudang Garam dan Nojorono mulai menghentikan pembelian tembakau dari para petani Temanggung. Keputusan ini memicu gejolak harga yang merosot tajam di tingkat petani.
Grade tinggi seperti D hingga G, yang selama ini menjadi primadona karena digunakan untuk bahan baku rokok berkualitas tinggi, kini hanya dihargai Rp80.000 hingga Rp100.000 per kilogram, turun signifikan dari harga sebelumnya di kisaran Rp100.000 s.d Rp120.000.
“Biasanya grade D atau E itu bisa Rp120 ribu/Kg, sekarang mentok di Rp100 ribu. Itu pun susah lakunya,” ujar Pujiyono, Kepala Desa Purbasari, Temanggung, seperti dilansir CNBC Indonesia pada Senin (16/6/2025).
Baca: Saat Regulasi Tak Mampu Lindungi Pulau-pulau Kecil yang Terancam Lenyap di Raja Ampat
Harga tembakau kualitas menengah dan bawah pun tak kalah terpuruk. Grade di bawah D yang sebelumnya bisa dilepas seharga Rp60.000 s.d Rp70.000 per kilogram, kini hanya stagnan di angka Rp50.000 s.d Rp60.000.
Situasi ini memicu ketimpangan dalam rantai distribusi. Ketika pabrikan utama absen, pabrikan kecil dan pengepul memanfaatkan celah. Mereka menawar harga jauh di bawah standar, memaksa petani menjual hanya demi mengosongkan stok hasil panen yang menumpuk di rumah.
“Panen sekarang malah bikin pusing. Tembakau sudah dikeringkan, dikemas, siap jual, tapi pembelinya nggak ada. Kami sudah tidak tahu harus ke mana lagi,” ungkap Pujiyono.
Keadaan ini menjadi cermin dari rapuhnya posisi tawar petani dalam sistem industri tembakau yang terpusat. Ketika permintaan industri melemah, petani yang selama ini menjadi tulang punggung produksi justru terpinggirkan.
Dalam sejarah pertanian tembakau di Temanggung, tahun-tahun seperti ini akan dikenang sebagai masa sulit. Namun di balik tekanan ini, masyarakat petani tetap berharap pada peran aktif pemerintah daerah dan pusat untuk memulihkan ekosistem perdagangan yang adil, demi menyelamatkan warisan dan penghidupan yang telah berlangsung lintas generasi.