KOROPAK.CO.ID – TASIKMALAYA – Di tengah geliat modernisasi dan gempuran tren belanja daring, eksistensi pasar tradisional semakin berada di ujung tanduk. Salah satu yang kini menjadi sorotan adalah Pasar Cikurubuk, pasar induk legendaris yang pernah menjadi denyut nadi perdagangan Kota Tasikmalaya.
Namun, sejarah panjang pasar ini kini menghadapi tantangan serius: sampah dan kekumuhan. Masalah klasik yang belum juga usai itu mulai berpengaruh pada animo masyarakat untuk datang berbelanja.
Dalam lanskap perdagangan yang kian kompetitif, sekadar menawarkan harga murah tidak lagi cukup. Kenyamanan dan kebersihan justru menjadi syarat utama yang dicari konsumen masa kini.
Kepler Sianturi, anggota Komisi II DPRD Kota Tasikmalaya, menyatakan keprihatinannya. Ia menegaskan bahwa pembenahan pasar bukan lagi pilihan, melainkan keharusan sejarah bagi kelangsungan ekonomi rakyat.
“Pasar yang kumuh dan kotor hanya akan mempercepat laju penurunan jumlah pengunjung. Apalagi sekarang, belanja bisa dilakukan lewat ponsel tanpa harus menjejakkan kaki ke pasar,” ujar Kepler sebagaimana dilansir dari laman Radartasik.
Baca: Aset Tak Jelas, Sampah Pasar Terus Jadi Masalah di Cikurubuk
Masyarakat kini dihadapkan pada banyak pilihan. Bahkan warga dari kalangan ekonomi menengah ke bawah pun mulai memilih belanja ke supermarket demi kenyamanan. Fenomena ini menjadi pukulan telak bagi pedagang pasar tradisional yang menggantungkan hidupnya pada kunjungan harian.
Kepler pun mendesak agar Dinas KUMKM Perindag Kota Tasikmalaya segera mengambil peran strategis dalam menciptakan pasar yang bersih dan tertata. Ia mengakui bahwa urusan sampah berada di ranah Dinas Lingkungan Hidup (DLH), namun koordinasi lintas sektor perlu segera diwujudkan demi hasil nyata.
Lebih jauh, Kepler membuka opsi pengelolaan sampah mandiri di lingkungan pasar sebagai solusi konkret. “Jika sistem mandiri itu bisa mempercepat penanganan sampah dan mencegah penumpukan, maka harus segera dijalankan,” tegasnya.
Pembenahan pasar bukan sekadar urusan kenyamanan semata. Di balik itu, terdapat aspek fiskal yang tak kalah penting: Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keberhasilan menghidupkan kembali Pasar Cikurubuk akan berdampak langsung pada pemasukan daerah dari retribusi pedagang, pengelolaan sampah, hingga sektor parkir.
