Actadiurna

Gencatan Senjata Iran-Israel Tak Redakan Derita Warga Sipil dan Ekonomi Dunia

×

Gencatan Senjata Iran-Israel Tak Redakan Derita Warga Sipil dan Ekonomi Dunia

Sebarkan artikel ini
Gencatan Senjata Iran-Israel Tak Redakan Derita Warga Sipil dan Ekonomi Dunia
Doc. Foto: CNA.id

KOROPAK.CO.ID – Ketegangan antara Iran dan Israel memasuki babak baru pada pertengahan Juni 2025 ketika Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, secara mengejutkan mengumumkan gencatan senjata antara kedua negara.

Pernyataan itu disampaikan melalui unggahan panjang di platform Truth Social pada Senin malam, 23 Juni 2025. Dalam pernyataannya, Trump menyebut bahwa kedua belah pihak sepakat untuk menghentikan permusuhan selama 24 jam dengan harapan membuka jalan menuju akhir konflik berkepanjangan.

Namun, sejarah mencatat bahwa harapan itu terlalu dini. Di lapangan, perang masih berlangsung. Rudal tetap diluncurkan. Iran melanjutkan serangan ke wilayah Israel meski waktu gencatan telah ditetapkan berakhir pada pukul 04.00 GMT (11.00 WIB) keesokan harinya.

Bahkan, hingga lebih dari dua jam setelah batas waktu, serangan ke kota Beersheva menyebabkan kehancuran tiga gedung padat penduduk, menewaskan empat warga sipil dan melukai lebih dari 20 lainnya.

Kebingungan pun melanda, tidak hanya di medan perang, tapi juga di ranah diplomatik. Mantan Duta Besar AS untuk Israel, Dan Shapiro, mencuit di platform X: “Apakah Israel masih punya 12 jam untuk menyerang? Atau sudah harus menghentikan tembakan? Bahkan setelah korban jiwa di Beersheva? Tidak ada yang benar-benar tahu.”

Pihak Israel sendiri akhirnya merespons. Menteri Pertahanan Benny Katz memerintahkan serangan balasan yang “intens” ke pusat kota Teheran, dengan target utama instalasi radar milik Iran. Serangan ini menandai pecahnya kembali pertempuran besar setelah jeda singkat yang gagal diwujudkan sebagai gencatan senjata yang utuh.

Baca: Gencatan Senjata 3 Agustus 1949, Era Baru dalam Sejarah Indonesia

Ketegangan ini bermula dari serangan Israel pada 13 Juni 2025 terhadap fasilitas nuklir Iran, yang kemudian memicu rangkaian konflik bersenjata selama 12 hari.

Selama hampir dua pekan, rudal dan drone berseliweran di langit Timur Tengah, melibatkan tidak hanya dua negara utama, tetapi juga dukungan aktif militer dari Amerika Serikat sebagai sekutu Israel.

Meskipun pertempuran belum benar-benar usai, gencatan senjata yang rapuh tersebut sempat berdampak pada sektor ekonomi global. Harga minyak, yang sebelumnya melonjak akibat kekhawatiran penutupan Selat Hormuz oleh Iran, mulai mereda.

Brent Crude turun drastis 6,1% ke angka 67,14 dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate juga melemah hingga 6% menjadi 64,37 dolar AS per barel. Penurunan ini mengembalikan harga ke level sebelum konflik meletus, menandakan sinyal kelegaan sementara di pasar global.

Gencatan senjata ini sekalipun belum sepenuhnya ditegakkan mencatatkan satu babak dalam sejarah panjang konflik antara dua kekuatan besar di kawasan. Sejarah mungkin akan mengingat hari-hari ini sebagai momen krisis yang nyaris berubah menjadi perdamaian, namun kembali terseret ke dalam lingkaran dendam dan kekerasan yang belum terselesaikan.

error: Content is protected !!