KOROPAK.CO.ID – Langit olahraga otomotif Indonesia kehilangan satu bintangnya. Pada 26 Juni 2025 lalu, Tjetjep Heryana, mantan pebalap nasional legendaris menutup usia di umur 86 tahun, di Kota Cimahi, Jawa Barat.
Sosok yang lahir dengan nama Ew Jong Kwan Tek ini bukan sekadar pebalap, melainkan bagian penting dari sejarah panjang balap motor tanah air.
Minat Tjetjep terhadap dunia balap sudah tumbuh sejak belia. Di usia 13 tahun, sebuah motor Sparta menjadi hadiah yang mengubah jalan hidupnya.
Meski sempat mengalami kecelakaan dan patah tulang lutut hanya beberapa minggu setelah menerima hadiah itu, semangat Tjetjep tak surut. Jalanan Kota Bandung menjadi saksi awal bagaimana nyali dan bakatnya perlahan terasah.
Ketertarikannya pada balap motor bukan tanpa alasan. Ayahnya, yang juga menggemari dunia otomotif, menjadi sumber inspirasi sekaligus penantang: Tjetjep boleh kebut-kebutan, asal benar-benar menjadi pembalap. Tantangan itu diterima.
Setiap hari, ia menaklukkan rute Bandung–Cianjur dan Bandung–Lembang demi mengasah ketangkasan. Di jalan Lembang yang meliuk tajam, ia mendapat julukan “Raja Jalanan” dari para pembalap lokal.
Baca: Effie Tjoa, Sopran Muda dari Timur yang Menaklukkan Panggung Dunia
Debut resminya dimulai tahun 1954 di Sirkuit Tanjung Perak, Surabaya. Meskipun hanya finis keenam, kemampuan teknisnya sudah terbaca oleh banyak pengamat. Tiga tahun kemudian, Tjetjep membuktikan kualitasnya.
Di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, ia menjuarai kelas 250 cc dengan motor BMW, dan pada Oktober 1957, ia menyapu empat kelas sekaligus, termasuk kelas 500 cc dengan motor BSA.
Puncak kejayaannya tak hanya diraih di dalam negeri. Tahun 1970, ia mengharumkan nama bangsa dengan menjuarai ajang GP Macau, salah satu kompetisi internasional bergengsi pada masa itu.
Tjetjep Heryana bukan sekadar pemenang di lintasan. Ia adalah simbol dari semangat, ketekunan, dan hasrat terhadap kecepatan yang berpadu dengan keberanian.
Kisah hidupnya menorehkan jejak penting dalam sejarah olahraga otomotif Indonesia. Kini, sang legenda telah tiada, namun semangatnya tetap hidup di antara generasi pembalap muda yang terus melaju di lintasan.