Actadiurna

Menyoal Beras Impor

×

Menyoal Beras Impor

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Purwakarta Tidak Perlu Impor

Koropak.co.id – Menurut data yang dilansir Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, hasil panen pada 2017 lalu di Kabupaten Purwakarta mengalami surplus yang diketahui dari indeks penanamannya yang mengalami peningkatan, dari sebelumnya hanya satu kali tanam menjadi dua bahkan tiga kali tanam dalam setahun terakhir.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan mengatakan bahwa tahun 2017 lalu menjadi tahun yang berkah bagi Purwakarta, pasalnya tidak ada istilah tidak panen bagi petani di wilayah Purwakarta, bahkan area sawah yang dipanen pun per harinya mencapai 30 hektar.

“Hal ini merupakan hal yang positif, setiap hari di Purwakarta selalu ada panen,” ujar Agus.

Menyoal Beras ImporMenurut Agus, para petani di Purwakarta ini menanam padi di area sawah seluas 42.550 hektar selama tahun 2017 lalu. Dari hasil penanaman tersebut maka dapat menghasilkan sebanyak 6,3 ton Gabah Kering Giling (GKG) yang diperoleh oleh petani dari per hektarnya. Maka secara keseluruhan, para petani tersebut berhasil memanen padi sebanyak 268.097 ton GKG.

“Kita Purwakarta sebagai kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat, ada kelebihan beras sebanyak 20.330 ton,” ujarnya.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memandang daerahnya tersebut belum membutuhkan beras impor dikarenakan sedang mengalami surplus. Terkait wacana kebijakan impor beras, Dedi Mulyadi menjelaskan solusi lain yang dapat membantu memecahkan masalah yang sedang terjadi, yakni dengan mengubah regulasi dan pengelolaan distribusi beras tanpa harus melakukan kebijakan impor.

“Impor beras belum diperlukan. Selama ada stok di Gudang Bulog dan petani, saya kira tidak perlu impor beras. Sehingga ubah saja regulasi dan pengelolaan distribusinya,” katanya.

Menyoal Beras ImporDedi juga mengatakan bahwa pola pertanian yang berbasis upah berupa uang tersebut merupakan sebuah fenomena yang terjadi di beberapa wilayah penghasil beras. Oleh sebab itulah harga beras di pasaran jadi mahal.

“Mahalnya beras itu karena terlalu banyak biaya yang tidak perlu. Padi ditanam, dipanen, dan digiling lalu diangkut ke mobil para bandar. Setelah sampai di kota, berasnya dijual lagi ke daerah. Ya, beras jadi mahal,” ucapnya.*

Editor : E. Kuswara

error: Content is protected !!