Koropak.co.id – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X beberapa waktu lalu meresmikan Taman Budaya Gunungkidul tepatnya pada Senin 20 Desember 2021 lalu.
Diketahui, gedung megah yang menghabiskan dana hingga ratusan miliar itu berdiri di atas tanah seluas 2,8 hektare.
Dalam kesempatan itu, Sri Sultan pun mengulas tentang penemuan Candi Risan yang terletak di Kapanewon Semin yang mendapatkan perhatian dari sejarawan dan arkeolog yang dipercaya berasal dari Kerajaan Mataram Kuno pada abad 9 Masehi.
“Candi itu menandakan bahwa ritual agama Budha pernah dilaksanakan di Gunungkidul. Meskipun tidak ditemukan prasasti tahun pembangunannya, namun diperkirakan candi tersebut usianya lebih tua dari Candi Prambanan. Karena, beberapa ahli juga mengatakan bahwa Candi Risan ada hubungannya dengan Sungai Oya yang letaknya tidak jauh dari candi,” katanya sebagaimana dihimpun Koropak dari SuaraJogja.id, Rabu 22 Desember 2021.
Pihaknya menambahkan bahwa candi tersebut juga merupakan saksi sejarah dari pelarian prajurit Majapahit ke Gunungkidul. Selain itu, penemuan Candi Risan juga menandakan bahwa budaya Gunungkidul terpengaruh oleh zaman Mataram Kuno bahkan Majapahit. Alkulturasi beragam budaya inilah yang membuat kebudayaan Gunungkidul semakin kaya.
“Kami tentunya berharap, dengan berdirinya Taman Budaya Gunungkidul ini menjadi wujud komitmen Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terhadap pengembangan seni dan budaya. Karena, potensi budaya dan seni Gunungkidul yang beragam ini juga butuh berbagai sentuhan agar semakin bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat,” harapnya.
Ia menuturkan, selain itu juga para seniman dan pegiat seni budaya pun membutuhkan tempat yang representatif untuk pembinaan, pelestarian dan pengembangan budaya. Pihaknya pun berpesan, agar Taman Budaya Gunungkidul harus digunakan sebagai inkubator budaya yang menjadi daya ungkit ekonomi.
Baca : Hidupkan Budaya Baca, Magetan Resmikan Graha Pusat Literasi
“Taman Budaya juga diharapkan bisa menciptakan budaya baru, kemudian sebagai riset yang mendukung kesejahteraan masyarakat melalui basis budaya yang melahirkan kaum kreatif dan memberikan ruang untuk seniman untuk menampilkan eksistensinya,” ucapnya.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul, Sunaryanta berharap agar Taman Budaya Gunungkidul bisa digunakan untuk menggelar seluruh aktivitas kesenian dan kebudayaan di Gunungkidul. Tak ketinggalan dia juga berharap, Taman Budaya Gunungkidul bisa menjadi lokasi untuk menggeliatkan ekonomi.
“Kami merasa tidak yakin jika Pemerintah Kabupaten mampu memelihara gedung yang sangat megah tersebut dengan baik. Oleh karena itulah kami masih berharap agar pemerintah DIY tetap memberikan perhatian kepada Gunungkidul terutama perihal gedung TBG tersebut,” tutur Sunaryanta.
Pelaksana tugas (Plt) Kundo Kabudayan Gunungkidul, Agus Kamtono menjelaskan, di area seluas 2,8 hektare ini terdiri dari audotirum, amphiteater atau ruang pertunjukan terbuka serta bangunan pendukung lainnya seperti perkantoran, joglo pertemuan, kios, masjid, toilet, kantin karyawan, rumah jenset, atm center dan satpam center.
“Secara landscape, disininterdiri dari gerbang gapura, taman area parkir, drainase dan hall. Kami berharap gedung ini dapat memberikan kontrbusi dan manfaat langsung kepada masyarakat. Sehingga pelayanan jasa di bidang seni dan wisatawan menjadi optimal,” paparnya.
Agus juga menyebutkan bahwa Taman Budaya Gunungkidul dibangun dengan bersumber pada dana dari Bantuan Khusus Dana Keistimewaan secara multiyears. Di mana pada tahun 2017, pihaknya mendapat alokasi dana sebesar Rp 13,3 miliar untuk pembebasan tanah. Kemudian kontruksi bangunan pun dimulai pada tahun 2018 dengan alokasi dana Rp 12,9 miliar.
Setelah itu pada tahun 2019 hingga 2021, tahap kedua konstruksi dilaksanakan dengan menghabiskan alokasi dana Rp 132,07 miliar. Selanjutnya untuk manajemen konstruksi sebesar Rp 927 juta. Dan di tahun 2021, ada penambahan lahan seluas 1.245 meter persegi dengan nilai Rp 700 juta.*
Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini











