Actadiurna

Bersih Telaga Kedokan: Warisan Budaya yang Dihadirkan di World Water Forum

×

Bersih Telaga Kedokan: Warisan Budaya yang Dihadirkan di World Water Forum

Sebarkan artikel ini

Koropak.co.id – World Water Forum akan segera menggelar perhelatan pentingnya di tanah air, tepatnya di Nusa Dua, Bali, pada rentang tanggal 18 hingga 25 Mei 2024 mendatang. 

Kedatangan forum internasional ini tidak sekadar sebagai acara rutin, melainkan menjadi tonggak percepatan tercapainya target Sustainable Development Goals (SGDs), khususnya terkait akses air bersih dan sanitasi yang layak.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan tradisi melukat di Bali sebagai salah satu agenda unggulan dalam World Water Forum (WWF). Tak lain karena, tradisi penyucian diri “melukat” sangat berkaitan erat dengan makna keberadaan air di bumi, sesuai dengan misi utama WWF.

Namun, tak hanya melukat, Indonesia ternyata juga memiliki tradisi lain yang mempersembahkan penghormatan pada air, seperti tradisi Bersih Telaga Kedokan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Padukuhan Plebengan Tengah, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul kembali merayakan Bersih Telaga Kedokan pada Kamis (9/5/2024) siang.

Bersih Telaga Kedokan menjadi salah satu agenda tahunan masyarakat Gunungkidul, terutama di dukuh Plebengan – Plebengan Kidul, Plebengan Tengah, dan Plebengan Lor – sebagai ungkapan syukur atas manfaat telaga Kedokan. Tradisi ini juga menjadi upaya pelestarian budaya leluhur.

Baca: Delegasi Asing Menyelami Kebudayaan Indonesia dalam WWF ke-10

Sebagaimana dilansir dari gunungkidul.sorot.co, Bersih Telaga Kedokan menjadi warisan turun temurun sebagai bentuk pelestarian dan penghormatan pada pepunden yang berjuang menciptakan telaga tersebut.

“Kegiatan ini adalah bagian dari budaya tahunan sebagai rasa syukur masyarakat di tiga Padukuhan Plebengan atas adanya telaga yang dahulunya menjadi sumber kehidupan,” terang Renik David Warisman, Lurah Candirejo.

Meskipun mirip dengan tradisi bersih desa di daerah lain, pelaksanaan Bersih Telaga Kedokan khususnya dilaksanakan pada hari Kemis Legi. Biasanya dimulai dengan membersihkan area Telaga Kedokan, kemudian diikuti oleh kenduri wilujengan.

Usai kenduri, kegiatan dilanjutkan dengan pentas Ledek Janggrung atau ledek tayub, sebuah kesenian tari tradisional khas Gunungkidul. Penari Janggrung beraksi di atas telaga bersama sesepuh, menjadi hiburan bagi warga dan syarat kesucian bagi telaga.

“Penampilan Janggrung sangat penting untuk kebersihan telaga dan kegembiraan warga. Penari biasanya didatangkan dari daerah lain,” ungkap Mbah Pujo Wasiyo, salah seorang sesepuh warga.

Baca juga: Tradisi Melukat Warnai Persiapan Bali sebagai Tuan Rumah WWF ke-10

error: Content is protected !!