Actadiurna

Kala Kesepakatan Dagang AS-China Guncang Harga Komoditas Dunia

×

Kala Kesepakatan Dagang AS-China Guncang Harga Komoditas Dunia

Sebarkan artikel ini
Kala Kesepakatan Dagang AS-China Guncang Harga Komoditas Dunia
Doc. Foto: Ilustrasi/ANTARA

KOROPAK.CO.ID – JENEWA – Dunia menyaksikan sebuah momen bersejarah dalam hubungan dagang global. Amerika Serikat dan China, dua raksasa ekonomi dunia yang selama bertahun-tahun terlibat dalam perang tarif, akhirnya mencapai kesepakatan dagang penting yang langsung berdampak pada pergerakan harga komoditas global.

Kesepakatan tersebut diumumkan Senin pagi waktu Jenewa, Swiss, usai serangkaian negosiasi maraton selama akhir pekan. Kedua pihak sepakat menurunkan tarif atas barang masing-masing selama periode awal 90 hari. Amerika Serikat menurunkan tarif terhadap produk China menjadi 30%, sementara China memangkas tarif impor dari AS menjadi 10%.

Pengumuman ini disampaikan melalui pernyataan bersama yang menggambarkan pertemuan sebagai tonggak “kemajuan substansial.” Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut pembicaraan dengan delegasi China sebagai “sangat produktif” dan mengisyaratkan adanya kelanjutan dialog dalam beberapa minggu ke depan.

Langkah ini menjadi babak baru dalam dinamika dagang antara AS dan China, yang sejak 2018 mengalami ketegangan berkepanjangan, memicu ketidakstabilan pasar global dan kekhawatiran investor.

Dampak Langsung: Harga Komoditas Bergerak Signifikan

Reaksi pasar terhadap kesepakatan ini terbilang cepat dan dramatis. Harga minyak dunia, yang sempat tertekan oleh lonjakan produksi OPEC+, melonjak ke titik tertinggi dalam dua pekan. Kontrak Brent dan WTI mencatat kenaikan 1,5%, melanjutkan tren positif dari minggu sebelumnya.

“Kabar ini menjadi katalis penting bagi pasar energi. Permintaan minyak mentah berpotensi pulih dengan membaiknya hubungan dua konsumen utama dunia,” jelas Ole Hansen, analis komoditas dari Saxo Bank.

Baca: Pertemuan Bersejarah, Presiden Prabowo dan Bill Gates Bahas Kerja Sama Kesehatan Global

Tak hanya minyak, harga kedelai, komoditas pertanian andalan AS  juga melonjak. Sejak perang dagang dimulai, China banyak mengalihkan pembelian kedelai ke Brasil. Kini, harapan akan pulihnya ekspor AS membuat harga kedelai menembus rekor tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Namun, euforia tidak dirasakan semua komoditas. Harga emas spot justru tertekan, anjlok 2,7% menjadi USD 3.233,78 per ons seiring peralihan investor dari aset lindung nilai ke instrumen berisiko.

Logam industri pun mengikuti tren positif. Tembaga naik 0,6% menjadi USD 9.502 per ton, dan aluminium menguat 2,3% menjadi USD 2.473, mencerminkan optimisme atas prospek pemulihan industri global.

Catatan Sejarah atau Jeda Sementara?

Meski pasar menyambut positif langkah ini, sejumlah analis menilai bahwa de-eskalasi ini masih bersifat sementara. Callum Macpherson dari Investec menyatakan bahwa masa depan kesepakatan jangka panjang masih penuh ketidakpastian.

“Tarif memang diturunkan untuk sementara, tapi sejarah menunjukkan bahwa dinamika AS-China sulit ditebak. Kesepakatan permanen masih jauh dari pasti,” ujarnya.

Kesepakatan dagang ini bukan hanya menciptakan dampak ekonomi sesaat, tetapi juga berpotensi mengukir babak baru dalam sejarah globalisasi dan hubungan dagang internasional. Dunia kini menunggu: apakah 90 hari ke depan akan menjadi jembatan menuju perdamaian dagang permanen, atau hanya jeda dalam konflik yang belum benar-benar usai.

error: Content is protected !!