Koropak.co.id – Tragedi jatuhnya keempat mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Garut (STTG) saat berkegiatan Mabim Caving Mapala STTG di Goa Batu Badak Cisarongge Desa Wakap Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya, Minggu (18/11/2018), menimbulkan banyak tanya bagi para penggiat alam bebas di Tasikmalaya.
Kepada Koropak, Kepala Suku Lacak Jejak Sudut Kompas (LJSK) Tasikmalaya Alan Ramlan menyampaikan atas nama komunitas dan pribadi turut berduka atas kejadian yang menimpa rekan-rekan Mapala STTG kemarin di Goa Batu Badak Cisarongge.
“Kami selaku sesama penggiat alam bebas ikut berbela sungkawa atas musibah yang terjadi kemarin. Hal tersebut dapat menjadi bahan evaluasi untuk kita semua agar tidak terulang kembali,” ujarnya.
Penyebab jatuhnya korban ke dasar goa, kata Alan, diduga diakibatkan tali karmantel putus. Korban yang diketahui bernama Aminudin meninggal dunia di tempat, sementara tiga orang lainnya ikut terjebak di dalam goa, dan mengalami shock.
Dikatakan Alan, belum diketahui pasti apa penyebab putusnya tali tersebut. Namun seyogianya dapat menjadi bahan evaluasi dalam mengetahui perawatan dan riwayat alat yang digunakan.
“Meskipun tali tersebut kuat untuk dipakai 2 sampai 4 orang, tapi sesuai prosedur baiknya tali dipakai 1 orang saja demi keamanan. Karena tali itu punya daya melar atau elongasi. Jika digunakan sekaligus 4 orang, jelas daya melar semakin panjang dan itu akan rapuh pada tali,” ujarnya.
Baca : Mapala STT Garut Terjatuh ke Gua Batu Badak Cisarongge
Menurutnya, ada beberapa cara merawat tali. Setelah digunakan harus dicuci dan dibersihkan kembali menggunakan shampo khusus tali, dan diamkan hingga kering. Pengeringannya tidak boleh dijemur langsung di bawah sinar matahari.
Setelah kering, tali diolesi lilin untuk mencegah masuknya kotoran pasir ke serat bagian dalam tali dan menjaga kelenturan tali tersebut.
“Saya pribadi sering mencuci tali dengan air bersih, dengan mengurut tali bagian demi bagian. Hal yang dikahawatirkan adalah ada kotoran pasir yang masuk ke serat bagian dalam tali, dikarenakan dapat menyebabkan terjadi gesekan di dalam tali, tatkala tali diberi beban, sehingga dapat mengakibatkan tali cacat atau priksi,” katanya.
Sementara bagi pengguna alat tersebut, kata Alan, harus mengetahui riwayat alat. Sebab, menurut aturan internasional, tali karmantel memiliki masa berlaku pemakaian.
“Dipakai atau tidak dipakai, jika sudah 2 tahun, tali harus dipensiunkan. Sedangkan kalau di kita, ada yang lebih dari 2 tahun masih tetap dipakai, bahkan kondisi tali sudah priksi pun masih digunakan. Mungkin harga yang mahal jadi kendala untuk membeli tali lagi. Namun, sangat disayangkan juga jika keselamatan nyawa kita dihargakan murah,” ucapnya.
Filosofinya, ucap Alan, tali apapun ketika semakin panjang tali, maka akan semakin rapuh. Sedangkan semakin pendek tali maka akan semakin kuat.*
Baca : Korban Jatuh ke Jurang Goa Batu Badak Berhasil Dievakuasi

 
							










