KOROPAK.CO.ID – Sejarah kekayaan mineral Indonesia mencatatkan bab penting dalam perjalanan industri pertambangan global. Di antara berbagai komoditas unggulan, nikel menempati posisi istimewa.
Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang mengacu pada data Badan Geologi Amerika Serikat, Indonesia menguasai 43% dari total cadangan nikel dunia, sebuah dominasi yang menjadikan negeri ini sebagai pemain utama dalam industri logam strategis tersebut.
Dominasi cadangan nikel Indonesia semakin berdampak sejak diberlakukannya larangan ekspor bijih mentah pada 2014, disusul kebijakan hilirisasi mineral. Jika pada 2017 ekspor Indonesia hanya berupa bijih nikel mentah, maka pada 2023 nilai ekspor dari produk hilirnya melonjak drastis, menembus angka US$ 34 miliar.
Transformasi inilah yang mengantar nikel sebagai penyumbang devisa negara yang signifikan dan membuka jalan masuknya para konglomerat ke industri ini.
Beberapa nama besar dalam dunia bisnis Indonesia tercatat aktif mengelola tambang nikel. Mereka bukanlah pendatang baru di sektor tambang, melainkan tokoh-tokoh lama yang memperluas cengkeramannya dari batu bara ke logam strategis ini. Siapa saja mereka?
1. Kiki Barki
Kisah Kiki Barki dimulai dengan pendirian PT Harum Energi Tbk pada 1995, perusahaan batu bara yang kemudian melebarkan sayap ke nikel melalui anak usahanya, PT Position (POS).
Dengan cadangan mencapai 215 juta ton, POS menjadi andalan baru Harum dalam menghadapi masa depan energi hijau. Dengan kekayaan yang mencapai Rp21,13 triliun, Kiki menempati peringkat ke-42 dalam daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes.
2. Lim Hariyanto
Baca: Jejak Lima Perusahaan Tambang Nikel di Raja Ampat
Nama Lim Hariyanto Wijaya Sarwono mencuat melalui Harita Group, yang telah lama menjejakkan kaki di sektor tambang. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), unit bisnis Harita di bidang nikel, mencatat penjualan luar biasa pada kuartal I-2025: 5,49 juta ton bijih nikel dan 30 ribu ton produk hilirisasi dari fasilitas HPAL.
Dengan kekayaan lebih dari Rp65 triliun, Lim duduk di posisi ke-15 dalam daftar konglomerat nasional.
3. Garibaldi Thohir
Garibaldi Thohir, atau akrab disapa Boy Thohir, merupakan aktor penting di balik Merdeka Battery Materials (MBMA). Perusahaan ini, yang berafiliasi dengan Adaro Group, menguasai tambang Sulawesi Cahaya Mineral.
Dengan peningkatan produksi yang signifikan sepanjang 2024, termasuk 10,1 juta ton limonit dan 82 ribu ton nikel pig iron, strategi integrasi vertikal Boy terbukti membuahkan hasil nyata dalam industrialisasi nikel.
4. Christopher Sumasto Tjia
Christopher, penerus Pintu Air Mas Group, membawa PT PAM Mineral Tbk (NICL) meroket dengan peningkatan volume penjualan hingga 346,98% secara tahunan pada kuartal I-2025. Putra Adi Sumasto Tji ini menunjukkan bagaimana generasi baru konglomerat mulai menguasai lanskap pertambangan nikel di Indonesia.
Perjalanan nikel Indonesia tidak hanya menggambarkan keberlimpahan sumber daya, tetapi juga transformasi struktural ekonomi yang melibatkan kebijakan negara dan peran strategis para pengusaha nasional.
Dengan fondasi kuat pada cadangan global, serta dorongan hilirisasi yang terus diperkuat, industri nikel tanah air menjadi titik temu antara kekuatan alam, kepentingan ekonomi, dan strategi geopolitik masa depan.