KOROPAK.CO.ID – Di pesisir utara Papua, jauh sebelum uang dikenal luas sebagai alat tukar, masyarakat Biak telah membangun sebuah sistem perdagangan yang berakar pada kepercayaan dan rasa persaudaraan.
Sistem itu dikenal dengan nama manibob, sebuah ikatan dagang yang lahir dari kebutuhan, tetapi tumbuh menjadi simbol persahabatan lintas generasi. Pada masa ketika masyarakat Biak Numfor menggantungkan hidupnya dari laut dan ladang, aktivitas berdagang menjadi urat nadi penting kehidupan.
Para nelayan membawa hasil tangkapan laut, sementara para petani menukar hasil bumi mereka dengan alat kerja, piring, atau besi olahan. Seiring waktu, hubungan dagang yang semula bersifat praktis berubah menjadi hubungan sosial yang sarat nilai dan makna.
Sebelum mata uang dikenal, masyarakat Biak menggunakan sistem barter. Seseorang yang membutuhkan barang akan menukarnya dengan benda lain yang ia miliki. Namun, manibob tidak berhenti pada sekadar barter.
Dalam sistem ini, satu pihak dapat memberikan barang tanpa imbalan langsung. Sebagai gantinya, pihak penerima memiliki tanggung jawab moral untuk membantu atau membalas jasa di masa mendatang.
Baca: Museum Bawah Laut Biak Numfor Diusulkan Jadi Cagar Budaya
Sistem ini menciptakan hubungan jangka panjang yang melampaui transaksi ekonomi. Manibob bukan hanya soal dagang, tetapi juga soal kepercayaan dan janji sosial. Dari sinilah muncul relasi yang begitu erat hingga terkadang berujung pada ikatan perkawinan, mempertautkan dua keluarga menjadi satu.
Para sejarawan mencatat, kemampuan masyarakat Biak dalam mengolah besi sudah berkembang sejak abad ke-16. Pengetahuan itu mereka peroleh melalui hubungan dagang dengan penduduk Maluku yang datang membawa keterampilan logam. Produk besi buatan tangan masyarakat Biak kemudian menjadi komoditas bernilai tinggi di kawasan Kepala Burung hingga Raja Ampat.
Lebih dari sekadar pertukaran barang, manibob turut menjadi jembatan pengetahuan. Melalui interaksi dengan rekan dagang, masyarakat Biak mempelajari cara membuat perahu, membaca bintang, memahami arus laut, hingga menguasai teknik navigasi tradisional.
Dalam sejarah sosial Biak, manibob menjadi fondasi penting yang memperkuat jaringan antarwilayah. Ia mengajarkan bahwa perdagangan sejatinya bukan hanya soal laba, melainkan tentang rasa saling percaya dan komitmen menjaga hubungan antar manusia.
Kini, meski sistem ekonomi modern telah mengubah cara masyarakat bertransaksi, semangat manibob masih hidup dalam nilai-nilai sosial orang Biak, sebuah warisan budaya yang mengingatkan kita bahwa perdagangan pernah berawal dari niat baik dan kepercayaan, bukan dari keuntungan semata.