Seni Budaya

Batik Pasiran, Warisan Budaya dari Kampung Pasir Garut

×

Batik Pasiran, Warisan Budaya dari Kampung Pasir Garut

Sebarkan artikel ini
Batik Pasiran, Warisan Budaya dari Kampung Pasir Garut
Doc. Foto: Garut Intan News

KOROPAK.CO.ID – Di kaki pegunungan Samarang yang berhawa sejuk, sebuah cerita baru sedang ditulis. Garut, yang selama ini dikenal karena dodol manisnya dan lanskap yang memanjakan mata, diam-diam menyimpan permata budaya yang lahir dari tangan-tangan terampil warganya: Batik Pasiran.

Di Kampung Pasir, Desa Cintakarya, setiap lembar kain bukan sekadar kain. Ia adalah kanvas kehidupan, merekam harmoni masyarakat adat Sunda Wiwitan dengan alam. Setiap garis malam yang ditorehkan seperti bisikan lembut dari bambu, air, padi, hingga sisik ikan, unsur-unsur alam yang menjadi sahabat sehari-hari warga setempat.

Kisah Batik Pasiran dimulai resmi pada Juli 2019, saat Dinas Industri dan Perdagangan datang memberi pelatihan membatik. Namun, sejatinya, kemampuan seni itu sudah lama tertanam.

Masyarakat Kampung Pasir dikenal piawai mengukir kayu dan batu, sebuah keahlian yang membuat mereka cepat sekali menguasai teknik membatik. Target pemerintah dua tahun untuk melahirkan perajin terampil justru dipangkas separuhnya hanya butuh satu tahun hingga mereka benar-benar mahir.

Di sebuah balai sederhana yang mereka sebut Bale, kegiatan membatik kini menjadi denyut baru kehidupan kampung. Dari 12 orang yang pernah belajar membatik di Cigugur dan Kuningan, kini sudah ada 20 perajin yang aktif berkarya.

Yang membuat Batik Pasiran berbeda adalah filosofinya. Motif-motifnya bukan hasil imajinasi abstrak, melainkan potret nyata lingkungan sekitar: cai (air), pare (padi), daun awi (bambu), sisit lauk (sisik ikan), hingga kembang tapak dara.

Baca: Batik Ciwaringin dan Upaya Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi

Dua di antaranya bahkan telah mendapat perlindungan HAKI: Motif Mayang Kahuripan, yang melambangkan kelangsungan hidup manusia dengan alam, serta Motif Leuit Pare, yang menggambarkan lumbung padi sebagai simbol kemakmuran.

Keistimewaan Batik Pasiran tak berhenti di motif. Proses pembuatannya masih sepenuhnya tradisional tanpa cap, tanpa printing sehingga setiap helai kain adalah karya tulis tangan yang unik. Bahkan kemasannya pun istimewa: digulung rapi dalam bambu, diselipkan akar wangi yang memberi aroma khas sekaligus melindungi kain dari hama.

Lebih dari sekadar kerajinan, Batik Pasiran membawa perubahan nyata. Para perempuan yang dulu hanya mengurus rumah kini ikut menggerakkan ekonomi keluarga. Warga yang sebelumnya buruh tani kini punya sumber penghasilan baru.

Perlahan, nama Batik Pasiran merambat ke luar Garut, apalagi setelah kunjungan tokoh-tokoh penting seperti Atalia Praratya dan Teten Masduki. Kini, Batik Pasiran bukan hanya cendera mata, tetapi juga alasan orang datang ke Kampung Pasir.

Ia menjadi bukti bahwa tradisi bisa bertumbuh tanpa kehilangan jati diri, sekaligus simbol bagaimana budaya lokal mampu membuka jalan menuju masa depan yang lebih sejahtera.

error: Content is protected !!