Koropak.co.id – Bajidor merupakan sebutan untuk penonton yang ikut menari dalam pertunjukan Kliningan Bajidoran. Diketahui, awal mula kemunculan istilah ini sendiri tidak dapat dipastikan, karena sebelumnya penonton aktif yang menari di arena Tayub atau Ketuk Tilu disebut pamogoran.
Menurut Deseng (Buky, 2008) bajidor adalah kependekan dari Banjet, tanji, dan bodor (lawakan). Banjet dan tanji adalah kesenian rakyat yang berkembang di kawasan pantai utara Jawa Barat. Selain itu, dalam disertasi Buky Wibawa Karya Guna dijelaskan bahwa asal usul kesenian bajidoran khususnya di Subang, berawal dari kesenian kliningan.
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, kliningan atau kiliningan adalah nama sebuah instrumen dalam karawitan Sunda yang memiliki bentuk seperti saron panjang yang dimainkan dengan dua tangan dan biasanya dipadukan juga dengan instrumen lainnya.
Tercatat, instrumen lainnya itu seperti kacapi indung, dan kacapi panerus, kendang, rebab, dan goong yang mengiringi lagu dengan suasana tenang dan lembut. Instrumen yang pada awalnya disebut kliningan itu sendiri pun kini digantikan dengan gambang.
Dalam perkembangannya, instrumen kliningan itu pun menghilang dan berubah menjadi genre musik gamelan dengan tetap menggunakan nama kliningan yang mengiringi sinden. Di Subang, khususnya di daerah Pagaden, kliningan mengalami pembauran dengan kesenian rakyat yang telah ada sebelumnya, seperti Dombret, Banjet, Ketuk Tilu, Tayub, Doger, dan Gembyung.
Hasilnya, kliningan yang biasanya menyajikan lagu-lagu berkesan tenang dan lembut itu pun memiliki tampilan baru dengan lagu-lagu berirama cepat dan cenderung memenuhi permintaan lagu dari penonton. Bahkan hingga pada akhirnya para penontonlah yang mengendalikan pertunjukan, termasuk juga meminta mengiringi mereka untuk menari dan memberi uang saweran.
Sementara itu, asal kata Bajidor sendiri berasal dari para penonton atau penggemar setia kliningan di daerah Subang. Disana, mereka menjadi penonton setia kesenian bajidoran kemanapun kesenian tersebut dipentaskan dan acapkali memberi saweran kepada para penari, sinden dan pemain musiknya (nayaga).
Kekhasan kesenian ini dibandingkan dengan kesenian lainnya yang telah ada sebelumnya adalah terletak pada posisi pelaku seni, pola tarian, dan musik.
Posisi sinden atau ronggeng (penari) di atas panggung dan tidak berbaur dengan penonton, terdapat pola tarian terstuktur dan juga ada pula gerakan tarian bebas para penari serta bajidor yang dipengaruhi dari tarian yang telah ada sebelumnya.

Baca : Rampak Gendang, Cerminkan Masyarakat Sunda yang Guyub dan Harmonis
Untuk lagu yang dibawakannya sendiri diantaranya Kidung (Kembang Gadung), lagu-lagu tradisi kliningan (lagu ageung, lagu alit), lagu-lagu kreasi baru, termasuk juga lagu pop dan dangdut.
Selanjutnya, untuk instrumen yang digunakan pada Bajidoran terdiri atas kendang ageung (kendang indung), kulanter (terdiri atas keplak dan tung), saron 1, saron 2, demung (panerus), bonang, rincik, gambang, rebab, goong, dan kecrek.
Tak hanya itu saja, bahkan dalam beberapa pertunjukan, mengingat energi yang dikeluarkan pemain kendang dalam kesenian bajidoran ini sangat besar, maka terdapat dua set kendang dengan memiliki fungsi agar dapat dimainkan secara bergantian.
Berdasarkan data yang dihimpun dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kesenian Bajidoran ini biasanya dilaksanakan pada siang ataupun malam hari tergantung dengan permintaan penyelenggara (pemangku hajat). Selain itu, pada umumnya masyarakat sendiri mengundang grup Bajidoran dalam rangka pesta pernikahan dan khitanan.
Adapun untuk alur pertunjukan Bajidoran sendiri adalah tidak baku dan biasanya dibagi dalam beberapa babak mulai dari tatalu, ijab kabul, sambutan-sambutan, lagu bubuka, tari bubuka, pakaulan, lelang lagu, pesen lagu, nunjuk bajidor hingga penutup.
Selain berfungsi sebagai sarana hiburan, kesenian Bajidoran itu di masyarakat juga memiliki fungsi dalam aspek ekonomi masyarakat. Pengelolaan organisasi grup Bajidoran diketahui terpusat pada pimpinan yang merupakan pemilik dan biasanya dari kalangan sinden, juru kendang, atau juru rebab.
Pemimpin Bajidoran itu tentunya memiliki otoritas mutlak dalam hal menentukan penerimaan acara, penentuan harga, penentuan upah pemain, dan bagian uang saweran yang terkumpul dari para bajidor.
Selain itu juga, peristiwa ekonomi dalam setiap pertunjukan Bajidoran tersebut diperlihatkan dengan ramainya para pedagang kegiatan yang datang dari berbagai penjuru daerah sekitarnya.
Sementara itu, istilah Bajidoran sendiri berasal dari kata Bajidor yang artinya salah satu waditr atau semacam kendang berukuran besar. Memang dalam penyajian bajidoran ini, peranan kendang sangat dominan untuk mengisi gerak-gerik tari.
Di sisi lain, ada pula yang mengartikan istilah Bajidoran ini adalah untuk menamakan orang yang meminta lagu sekaligus orang tersebut sebagai penari.*
Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini











