Seni Budaya

Calung Renteng, Wasiat Kebudayaan Agraris Masyarakat Sunda Lama

×

Calung Renteng, Wasiat Kebudayaan Agraris Masyarakat Sunda Lama

Sebarkan artikel ini

 

Koropak.co.id – Calung renteng merupakan instrumen atau alat musik yang berasal dari warisan budaya masyarakat Sunda zaman dahulu. Calung renteng sendiri berbahan dasar bambu dan merupakan warisan budaya agraris masyarakat Sunda lama.

Dilansir dari ilmuseni.com, Calung renteng ini tampak sama dengan angklung buhun yang ada di Baduy (kanekes) pada fungsinya. Tidak hanya sekedar untuk menghibur, alat musik ini juga dijadikan sebagai ritual penghormatan kepada Dewi Sri.

Untuk lagu-laguan yang dibawakannya sendiri berisi puji-pujian kepada Dewi Sri. Seorang Sejarawan, Rahadian mengatakan bahwa pada zaman dahulu calung renteng atau yang disebut juga dengan calung rantay ini dimainkan disela pekerjaannya untuk mengusir burung dan hama di huma (ladang padi di lahan kering).

Selain itu, untuk memainkan calung rentang ini biasanya dengan cara dipukul menggunakan dua buah alat pemukul sambil duduk bersila. Budayawan, Eka Nurwana juga turut mengklasifikasikan bahwa calung renteng dan calung gambang berbeda jenis.

Calung renteng tersebut terdiri dari bilah bambu yang diikat dan juga disusun berderet dengan urutan bambu mulai dari ukuran yang terkecil sampai dengan yang paling besar.

Selanjutnya untuk tali pengikatnya pun akan direntangkan pada dua batang bambu yang melengkung. Jumlah dari calung renteng ini diketahui terdiri dari tujuh bilah atau lebih.

Calung renteng memiliki bentuk yang meliputi satu deretan terbentang dan dua deretan yang berbentang. Pada bagian yang besar, disebut juga dengan calung indung (calung besar/induk).

 

 

Baca : Berawal dari Seni Kalangenan, Calung Berkembang Jadi Seni Pertunjukan

Sementara untuk yang bagian kecilnya disebut dengan calung rincik (calung anak). Sama halnya seperti di Kanekes, calung renteng ini memiliki ancak khusus yang terbuat dari bambu atau kayu.

Sementara itu, dilansir dari indonesiakaya.com, calung renteng berbeda dengan calung pada umumnya dikarenakan tidak memiliki dudukan, melainkan bilah-bilah bambu yang dihubungkan dan digantung menjulur ke bawah yang dimulai dari tangga nada rendah hingga tinggi.

Calung yang berasal dari Banten Kidul ini juga biasanya terbuat dari bambu hitam, jenis bambu yang diyakini mempunyai struktur yang kuat dan menghasilkan suara yang lebih nyaring.

Biasanya, masyarakat Banten Kidul juga memainkan calung renteng tersebut di sela-sela upacara yang berkaitan dengan ritual pertanian. Pada umumnya, calung renteng dimainkan secara berkelompok dan dlam satu kelompok itu terdapat 4 hingga 8 orang yang memainkan masing-masing calung.

Tak hanya itu saja, anak laki-laki suku Banten Kidul juga ternyata sering memainkan calung renteng pada saat para ibunya sedang memanen padi dan memisahkan bulir padi dari kulitnya dengan alat tradisional yang disebut lesung.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, alat musik tradisional ini pun tidak hanya dimainkan saat upacara tradisional saja. Kini Calung tersebut sering dipadukan dengan berbagai alat musik modern.

Bahkan, belakangan ini banyak juga bermunculan komunitas pemusik calung. Calung merupakan salah satu dari banyaknya kekayaan yang bersumber dari kebudayaan agraris nusantara dan menjadi salah satu wasiat budaya yang harus dijaga serta dilestarikan keberadaannya.*

 

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

 

error: Content is protected !!