Koropak.co.id, Jakarta – Namanya Perkedel. Satu dari sekian banyaknya makanan yang sangat populer di Indonesia. Bahkan di berbagai daerah Indonesia, kita bisa dengan mudah menemukan makanan yang satu ini tersaji di atas meja makan keluarga.
Bukan hanya itu saja, di warung makan, entah itu warung nasi Tegal atau pun warung nasi Padang, sajian perkedel seolah tak pernah absen sebagai salah satu menu makanan yang dihidangkan.
Biasanya, perkedel kerap dijadikan sebagai lauk pendamping di antara lauk-pauk yang sudah menjadi santapan utama. Tak jarang juga, perkedel hadir untuk melengkapi makanan-makanan lokal lainnya seperti soto.
Namun pernahkah kalian berpikir tentang asal usul dari perkedel yang hingga pada akhirnya bisa tercipta dan menjadi salah satu makanan khas Indonesia?
Berdasarkan sejarahnya, asal usul perkedel berawal dari kedatangan Belanda yang memang turut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk dari segi budaya. Dalam hal ini, kuliner menjadi peninggalan Bangsa Kompeni yang masih bisa kita lihat sampai dengan sekarang.
Dari pengenalan makanan tersebut, sehingga bisa diketahui masyarakat Indonesia dan pada akhirnya diadaptasi dengan sentuhan lokal di berbagai daerah. Tentunya hal tersebut secara tidak langsung semakin menambah kekayaan kuliner di Indonesia. Termasuk salah satunya tentang perkedel.
Sebenarnya makanan yang satu ini terinspirasi dari salah satu kudapan yang kerap dikonsumsi orang-orang Belanda, yaitu frikadel. Selain itu, makanan ini juga kerap disebut dengan frikadelle, frikadellen, atau frikadeller, tergantung dari bahasanya.
Frikadel sendiri terbuat dari daging sapi atau daging babi cincang yang kemudian dicampurkan dengan berbagai bahan seperti bawang, parsley, telur, dan berbagai bumbu khas lainnya. Setelah itu dibentuk menjadi bulat pipih, lalu dimasak. Meskipun begitu, sebenarnya frikadel juga tidak hanya bisa ditemui di Belanda saja.
Baca: Serupa Tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Gado-Gado, Karedok dan Pecel
Pasalnya makanan tersebut juga bisa ditemukan di berbagai daerah di kawasan kawasan Eropa seperti Jerman, negara-negara Skandinavia, hingga Polandia. Bahkan, sebenarnya ada kemungkinan yang mengatakan bahwa makanan ini berasal dari Denmark atau Jerman.
Ketika Frikadel sudah mulai banyak dikonsumsi orang-orang Belanda, hal itu pun cukup menarik perhatian masyarakat lokal. Namun sayangnya dikarenakan makanan itu terbuat dari daging yang tergolong sulit dan mahal untuk masyarakat pribumi mendapatkannya, maka terlintaslah sebuah ide untuk membuat alternatifnya.
Caranya, masyarakat pribumi pun menggunakan bahan-bahan hasil bumi lokal yang cenderung mudah untuk didapatkan, yaitu kentang. Meskipun menggunakan bahan berbeda, akan tetapi cara pembuatannya mirip dengan bagaimana orang-orang Belanda membuat frikadel.
Hanya saja, yang membedakannya terletak pada bahan utama daging yang benar-benar diganti oleh masyarakat pribumi dengan kentang yang telah dicampurkan telur dan berbagai bumbu lainnya. Kemudian dengan dicelupkan ke telur terlebih dahulu, bahan ini pun selanjutnya digoreng hingga menjadi perkedel khas Indonesia.
Fadly Rahman dalam buku “Rijsttafel: Budaya Kuliner di Indonesia masa Kolonial 1870-1942” menyebutkan, nama “frikadel” ini sedikit sulit untuk diucapkan oleh orang-orang pribumi. Sehingga lama kelamaan makanan itu pun disebut dengan adaptasi ucapan lokal menjadi “perkedel”.
Di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, penyebutan makanan ini pun berubah menjadi “bergedel”. Seiring berkembangnya zaman, makanan ini pun terus diwariskan secara turun temurun. Bahkan saat ini, berbagai variasi perkedel pun bisa ditemui di setiap daerah.
Seperti ada yang menggunakan campuran ikan atau daging tertentu, menggunakan singkong sebagai pengganti kentang, mencampurkannya dengan tahu, atau menggunakan bumbu khasnya sendiri. Variasi yang dilakukan itu tentunya turut memperkaya kekayaan kuliner khas Indonesia.











