KOROPAK.CO.ID – Jadah dikenal sebagai kudapan tradisional masyarakat Jawa Tengah, namun di Solo terdapat variasi unik yang disebut jadah blondo. Meski masih berada dalam keluarga jadah, kuliner ini memiliki keistimewaan yang membuatnya berbeda sekaligus semakin sulit ditemukan.
Jadah blondo terdiri dari dua bagian: jadah berbahan dasar beras ketan dan blondo, yakni ampas santan yang muncul dari proses pembuatan minyak kelapa.
Menurut buku Kuliner Tradisional Solo yang Mulai Langka karya Dawud Achroni, blondo berbentuk gumpalan kecil berwarna kecoklatan. Proses pembuatannya tidak sebentar, setidaknya diperlukan waktu sekitar tujuh jam untuk menghasilkan blondo yang siap dinikmati.
Blondo biasanya disajikan bersama jenang atau dikonsumsi sebagai kudapan tersendiri. Penambahannya pada jadah menjadi kekhasan tersendiri karena di daerah lain jadah cenderung dipadukan dengan serundeng, tahu, atau tempe bacem.
Peran dalam Upacara Adat
Baca: Menelusuri Jejak Cabuk Rambak, Kuliner Tua dari Kota Solo
Sebagaimana jadah pada umumnya, jadah blondo juga memiliki tempat dalam tradisi masyarakat Solo. Hidangan ini kerap muncul dalam upacara tedak siti, ritual yang menandai pertama kalinya seorang bayi menginjak tanah. Selain itu, jadah juga jamak dihidangkan dalam rangkaian upacara pernikahan sebagai simbol penyatuan dua keluarga.
Kian Langka di Solo
Keunikan bahan blondo justru membuat jadah blondo semakin sulit dijumpai. Tidak banyak warga yang masih memproduksi blondo dalam jumlah besar, sehingga keberadaan jadah blondo ikut meredup.
Pengunjung yang ingin mencicipi kuliner tradisional ini perlu usaha lebih untuk menemukannya di Solo. Namun bila beruntung, kelezatan jadah blondo yang memadukan gurihnya ketan dan aroma khas blondo menjadi pengalaman rasa yang sayang dilewatkan.
Jadah blondo tetap menjadi jejak kuliner yang merekam ingatan masyarakat Solo, sekaligus mengingatkan pentingnya menjaga tradisi kuliner yang perlahan menghilang.











