Seni Budaya

Desa Lamno Aceh, Kampung Bule dengan Masyarakatnya Bermata Biru

×

Desa Lamno Aceh, Kampung Bule dengan Masyarakatnya Bermata Biru

Sebarkan artikel ini

Koropak.co.id, Aceh – Tahukah kamu? Kampung Bule yang berada di Desa Lamno, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya, Aceh, dikenal sebagai salah satu desa unik di Indonesia. 

Alasannya dikarenakan masyarakat yang tinggal di desa tersebut memiliki penampilan fisik layaknya orang Eropa, meskipun sebenarnya mereka merupakan Warga Negara Indonesia (WNI).

Dilansir dari laman iNews, diketahui masyarakat yang tinggal di desa berjarak 86 kilometer dari Banda Aceh itu memiliki perawakan tubuh yang tinggi, berkulit putih dengan bintik merah, bermata biru, berambut pirang ditambah hidung yang mancung.

Mereka juga tersebar di beberapa desa yang dulunya termasuk wilayah Kerajaan Daya, seperti Ujung Muloh, Kuala Daya, Gie Jong, Lambeso, dan Teumarem. Desa-desa tersebut berada di pesisir barat Aceh dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.

Di sisi lain, Lamno sendiri memang kerap dikaitkan dengan daerah perdagangan. Alasannya karena daerah tersebut sering dikunjungi kapal-kapal dari Eropa. Oleh karena itulah, terjadi proses asimilasi dan banyak orang Eropa yang kemudian memutuskan untuk tinggal di sana bahkan menikah dengan wanita setempat.

Oleh sebab itulah, hingga saat ini, sebagian keturunan dari mereka masih bisa dijumpai di antara penduduk Lamno. Contohnya bisa dilihat dari gadis muslimah berambut pirang dan mempunyai mata kecoklatan.

Lantas, bagaimana asal usul dari mata biru yang dimiliki oleh masyarakat Desa Lamno itu?

Diketahui, ada dua versi yang menceritakan asal usul bule dari Lamno ini. Versi pertama menyebutkan bahwa keturunan bermata biru tersebut berasal dari penjajahan Portugis yang terjadi pada awal abad ke-16 Masehi di Aceh.

Baca: Kisah Penduduk Bermata Biru Seperti Orang Eropa dari Pulau Siompu

Diceritakan saat itu Bangsa Portugis mencari rempah-rempah di Indonesia dan masuk melalui Aceh. Namun beberapa pria dari tentara Portugis justru memilih untuk menetap dan menikahi gadis Aceh, hingga pada akhirnya menghasilkan keturunan dengan mata biru kecoklatan.

Selain itu, ada juga yang menjelaskan bahwa keturunan Bule Lamno ini berawal ketika kapal perang Portugis terdampar di Aceh. Kala itu, Raja Daya memerintahkan untuk menangkap siapa saja yang masih hidup dari kapal tersebut.

Saat ditangkap, mereka pun diancam apabila ingin ditolong, maka harus masuk ke dalam agama Islam. Namu jika menolak mereka dipersilahkan untuk kembali ke laut. Mulai dari sanalah laki-laki Portugis pun menikah dan menghasilkan banyak keturunan.

Selanjutnya, para keturunan Eropa ini kemudian belajar bertani dan berbahasa. Mereka juga turut diperkenalkan dengan adat istiadat dan budaya masyarakat Aceh. Tercatat selama ratusan tahun, mereka lantas beranak pinak di desa tersebut.

Namun sayangnya, setelah Aceh dilanda tsunami pada 2004, banyak Bule Lamno yang pada akhirnya memutuskan untuk  berpindah ke berbagai tempat dan rata-rata dari mereka memilih untuk tinggal di kota yang mudah dijangkau secara transportasi.

Bahkan beberapa di antaranya keturunan orang Portugis itu ada yang hilang dan meninggal dunia. Saat ini jumlah yang tercatat tak lebih dari 40 persen warga keturunan Portugis yang tersisa dan masih bertahan di Desa Lamno.

Di satu sisi, orang asing yang datang pasca tsunami ke Aceh juga bertanya tentang keberadaan keturunan Eropa tersebut di Aceh Jaya. Terlebih lagi setelah mengetahui Aceh Jaya merupakan daerah terparah yang terkena imbas tsunami.

Meskipun begitu, dikarenakan menyebarnya para perempuan dari Lamno pun mendapat julukan Dara Portugis. Selain itu juga banyak pemuda dari Aceh maupun luar Aceh yang mencari jodoh ke Aceh agar bisa mempersunting para Dara Portugis ini.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

error: Content is protected !!