Koropak.co.id – Pasar Papringan di Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, adalah destinasi wisata yang mengajak pengunjung merasakan atmosfer pasar Jawa tempo dulu.
Tempat ini berdiri di atas lahan kebun bambu seluas 2.500 meter persegi, hanya sekitar seratus meter dari Dusun Ngadiprono. Konsep pasar ini tidak sekadar berhenti pada lokasinya yang mengikuti tradisi pasar di Jawa tempo dulu.
Mata uang yang digunakan, seragam penjual dengan kain lurik, hingga tempat barang belanjaan semuanya menghadirkan nuansa masa lampau yang kental. Inspirasi konsep pasar ini juga dapat ditemui di Magelang dan Kediri, Jawa Timur.
Pasar Papringan Temanggung lahir dari inisiatif pemuda Dusun Ngadiprono yang tergabung dalam Komunitas Mata Air, sebuah komunitas yang peduli akan upaya konservasi lingkungan.
Kolaborasi mereka dengan Komunitas Spedagi dan dukungan pemerintah daerah setempat telah mengubah lahan rumpun bambu yang dulunya menjadi area pembuangan sampah menjadi sebuah destinasi wisata desa yang layak dan nyaman.
Saat pasar digelar, ratusan orang tidak hanya dari daerah Temanggung datang berkunjung, tetapi juga wisatawan dari luar kota seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Magelang.
Baca: Kemeriahan Pasar Malam Jadi Hiburan Masyarakat Sejak Zaman Hindia Belanda
Pasar dibuka berdasarkan hari baik dalam penanggalan Jawa, khususnya pada Minggu Wage dan Minggu Pon, dengan jam operasional mulai dari pukul 6 pagi hingga 12 siang.
Satu hal yang membuat Pasar Papringan begitu unik adalah penggunaan mata uang tempo dulu yang disebut pring. Pring adalah semacam koin bambu dengan nilai tukar 1 pring setara dengan Rp2.000. Pengunjung dapat menukarkan uang di loket sebelum masuk pasar. Harga barang pun disesuaikan dengan mata uang pring.
Pasar Papringan tidak hanya menyajikan aneka makanan dan minuman khas Temanggung, tetapi juga menjual kerajinan bambu, hasil pertanian, hingga produk kerajinan penduduk desa. Penyajian makanan yang unik, tanpa menggunakan bahan plastik, menambah nuansa autentik pasar tempo dulu.
Selain berbelanja dan menjelajahi pasar, pengunjung juga dapat menikmati area permainan anak-anak, perpustakaan mini, musala, hingga homestay di rumah warga Ngadiprono. Rute menuju Pasar Papringan juga cukup mudah dijangkau, hanya sekitar 30 menit dari alun-alun Kota Temanggung.
Pasar Papringan adalah jawaban bagi mereka yang ingin merasakan sensasi kembali ke era pasar Jawa tempo dulu sambil menikmati semilir angin hutan bambu Temanggung. Sebuah perpaduan indah antara ekowisata dan kekayaan budaya lokal.
Baca juga: Berburu Barang Antik di Pasar Comboran, Sudah Ada Sejak Zaman Kolonial
							










