Koropak.co.id – Di zaman modern ini, ketika bulan Ramadan tiba, suasana di Jakarta menjadi berbeda. Bukan hanya waktu berbuka puasa yang ditunggu-tunggu, tetapi juga berbagai aktivitas yang menemani menanti azan Magrib.
Salah satu tradisi yang sudah mulai terlupakan saat ini adalah bleguran, sebuah permainan bersejarah yang melibatkan suara dentuman mirip meriam.
Menurut sejarawan JJ Rizal, pada tahun 1970-an, masyarakat Jakarta memiliki cara unik untuk mengisi waktu menunggu berbuka puasa. “Mereka melakukan aktivitas sembahyang di rumah atau berkumpul dengan warga kampung untuk bermain. Salah satu permainan yang populer adalah bleguran,” ujarnya.
Bleguran adalah permainan yang dilakukan dengan menggunakan bambu besar yang diisi dengan karbit dan kemudian disundur untuk menghasilkan suara dentuman. Para remaja menjelang berbuka puasa biasanya pergi ke kebun untuk mencari bambu yang cocok untuk dimainkan.
Baca: Meriam Bambu, Permainan Tradisional Pengisi Waktu Ngabuburit Saat Ramadan
Ternyata, tradisi bleguran ini memiliki akar sejarah yang panjang di kota Jakarta. Pada masa lalu, ketika kota ini masih bernama Batavia, ulang tahunnya dirayakan dengan menembakkan meriam-meriam di benteng. Tradisi ini berlanjut bahkan setelah pusat kekuasaan dipindahkan ke daerah Gambir pada abad ke-19.
Namun, pada awal tahun 1903, tradisi menembakkan meriam dihentikan karena dianggap pemborosan. Warga Jakarta, terutama dari etnis Betawi, yang kehilangan patokan waktu ini kemudian mengadaptasinya menjadi permainan bleguran.
Meskipun terlihat seperti permainan berbahaya karena menghasilkan suara keras, bleguran sebenarnya aman dan menjadi sumber keceriaan bagi para remaja dan warga kampung lainnya. Namun, sayangnya, tradisi ini sekarang hampir punah karena berbagai faktor, termasuk kurangnya lahan terbuka di Jakarta.
Sebagai seorang sejarawan, JJ Rizal berharap agar budaya-budaya seperti bleguran dapat dihidupkan kembali. Hal ini tidak hanya akan memperkaya warisan budaya Jakarta, tetapi juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik dengan sejarah dan tradisi lokal.
							










