Actadiurna

Waspadai Rutinitas Kantor yang Tak Disadari Bikin Stres

×

Waspadai Rutinitas Kantor yang Tak Disadari Bikin Stres

Sebarkan artikel ini
Waspadai Rutinitas Kantor yang Tak Disadari Bikin Stres
Doc. Foto: Ilustrasi/Halodoc

KOROPAK.CO.ID – Dalam perjalanan panjang dunia kerja, tak terhitung banyaknya kebiasaan yang terbentuk secara perlahan, nyaris tanpa disadari. Seiring waktu, kebiasaan ini menempel, menjadi bagian dari rutinitas, dan jika tak diawasi, justru merusak pondasi utama kinerja: produktivitas.

Sejarah dunia kerja modern mencatat, bahwa bahkan dalam era digitalisasi dan efisiensi, manusia tetaplah makhluk kebiasaan. Beberapa pola lama terus terbawa, walau konteks telah berubah. Di balik layar komputer dan deretan rapat daring, tersembunyi sejumlah kebiasaan yang tampak sepele, namun mampu mengikis kualitas kerja secara perlahan.

1. Ketergantungan pada Kotak Masuk

Sejak munculnya email sebagai sarana komunikasi utama di kantor, kebiasaan mengecek pesan masuk telah menjadi semacam refleks. Dulu, kotak masuk adalah ruang untuk menyambut informasi penting. Kini, ia menjelma menjadi gangguan konstan. Terlalu sering membuka email bukan hanya membuang waktu, tetapi juga menyedot fokus dari tugas utama.

Solusinya bukan sekadar menahan diri, tetapi membentuk sistem: menjadwalkan waktu untuk membuka email, memilah pesan berdasarkan urgensi, bahkan memanfaatkan teknologi seperti asisten virtual. Sebab produktivitas tidak tumbuh dalam kekacauan notifikasi.

2. Waktu yang Terlepas dari Genggaman

Sejak era mesin ketik hingga revolusi digital, waktu selalu menjadi mata uang paling berharga di tempat kerja. Namun, hingga kini, kebiasaan buruk dalam manajemen waktu tetap menjadi batu sandungan. Tanpa prioritas yang jelas, pekerjaan tak selesai, tekanan meningkat, dan semangat memudar.

Mengatur waktu ibarat merancang peta perjalanan: tahu ke mana harus pergi, berapa lama menempuhnya, dan kapan harus berhenti sejenak untuk mengisi ulang tenaga.

3. Mitos Multitasking

Dulu dianggap sebagai keunggulan, multitasking kini lebih sering terbukti sebagai jebakan. Berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas lain membuat pikiran terpecah. Penelitian modern menunjukkan, produktivitas justru menurun saat seseorang mencoba mengerjakan banyak hal sekaligus.

Baca: Kelelahan Kronis Bisa Jadi Tanda Kanker, Kenali Gejalanya!

Multitasking, dalam sejarahnya, lebih cocok untuk mesin daripada manusia. Otak butuh fokus. Dan dalam fokus, pekerjaan bermutu lahir.

4. Penundaan yang Terlalu Akrab

Penundaan adalah kebiasaan tua yang sulit ditaklukkan. Ia menyusup diam-diam, mengelabui dengan rasa nyaman sesaat. Namun, ketika waktu menipis dan tenggat mendekat, tekanan justru meningkat.

Dalam dunia kerja, banyak pencapaian besar tak lahir dari kecepatan, tetapi dari konsistensi. Menunda berarti menunda pula kesempatan berkembang, menghambat kontribusi, dan dalam jangka panjang, melemahkan performa.

5. Awal Hari yang Kusam

Pagi hari adalah fondasi. Sejak dahulu kala, banyak pemimpin besar memulai hari dengan disiplin dan kebiasaan yang membangkitkan semangat. Namun kini, tak sedikit orang terjebak dalam rutinitas digital sejak membuka mata. Scroll media sosial, baca email, kabar buruk semuanya menyusup sebelum kopi pertama diseduh.

Padahal, pagi yang tenang dan terkendali dapat menentukan irama hari. Aktivitas kecil seperti berolahraga, meditasi, atau sekadar menyiapkan sarapan memberi ruang bagi semangat untuk tumbuh.

Sejarah tidak dibentuk oleh hari ini saja, melainkan oleh pola yang berulang. Maka, menghindari kebiasaan buruk bukan sekadar tugas sekali jadi, melainkan perjalanan panjang menuju diri yang lebih sadar, lebih fokus, dan lebih efektif.

Di kantor mana pun, masa depan selalu menanti mereka yang memilih untuk bekerja dengan bijak. Maka, mari jaga produktivitas, bukan dengan bekerja lebih banyak, tapi dengan bekerja lebih cermat.

error: Content is protected !!