Koropak.co.id – Saat dunia memasuki bulan suci Ramadan, keberagaman durasi puasa harian menjadi ciri khas yang unik, membawa tantangan spiritual yang berbeda-beda di setiap sudut bumi.
Menurut perhitungan astronomi, umat Muslim di Porto Montt, Chile, akan mengalami puasa terpendek dengan hanya 12 jam 44 menit per hari, sementara di Nuuk, Greenland, durasi puasa mencapai 17 jam 26 menit per hari.
Fenomena ini tidak hanya mencerminkan faktor geografis, namun juga memberikan gambaran tentang keanekaragaman iklim dan cuaca di berbagai wilayah.
Khususnya di Timur Tengah dan Arab, perbedaan durasi puasa sangat mencolok. Moroni, ibu kota Komoro, memiliki durasi puasa terpendek dengan hanya 13 jam 4 menit per hari, sementara Rabat, ibu kota Maroko, menghadapi puasa dengan durasi terpanjang sekitar 14 jam 23 menit per hari.
Faktor-faktor geografis seperti garis lintang dan panjang hari menjadi penentu utama dalam perbedaan ini. Semakin dekat sebuah negara dengan kutub utara, semakin panjang hari-harinya sepanjang tahun, sehingga durasi puasanya juga akan lebih lama.
Sebaliknya, semakin jauh dari garis khatulistiwa ke arah selatan, semakin pendek hari-harinya, menghasilkan durasi puasa yang lebih singkat. Hal ini menjelaskan mengapa durasi puasa Ramadan bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya setiap tahunnya.
Meskipun beberapa negara menghadapi tantangan cuaca ekstrem, seperti siang yang sangat panjang selama musim panas di Islandia, Norwegia, dan Finlandia, kewajiban berpuasa selama Ramadan tetap berlaku.
Baca: Menelusuri Ritual Puasa Masyarakat Jawa Kuno Sebelum Masuknya Islam
Para ulama Islam telah menetapkan bahwa umat Muslim diwajibkan berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam, meskipun durasi siang yang sangat panjang.
Di tengah-tengah tantangan ini, beberapa organisasi Islam mengusulkan solusi alternatif, seperti mengikuti waktu puasa di negara mayoritas Muslim terdekat atau mengikuti waktu puasa di Mekah, Arab Saudi. Tujuannya adalah memberikan kemudahan kepada umat Muslim yang tinggal di wilayah dengan durasi siang yang ekstrem.
Meskipun durasi puasa bisa menjadi ujian bagi iman, umat Muslim di berbagai wilayah terus mencari solusi yang sesuai dengan keadaan lingkungan dan ketentuan agama.
Dalam setiap langkahnya, mereka mempertimbangkan keunikan dan tantangan yang mereka hadapi, mencari keseimbangan antara ibadah dan kondisi lingkungan tempat tinggal mereka.
Dengan proyeksi astronomi yang menunjukkan tanggal Idul Fitri pada Rabu, 10 April 2024, umat Muslim di seluruh dunia bersiap untuk mengakhiri bulan Ramadan dengan penuh suka cita.
Kendati durasi puasa bervariasi, semangat dan kekhusyukan dalam menjalankan ibadah tetap menjadi fokus utama bagi umat Muslim di mana pun mereka berada.
Baca juga: UNESCO Resmi Tetapkan Tradisi Buka Puasa sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia