Koropak.co.id – Di Dusun Sebujit, Kecamatan Siding, Bengkayang, Kalimantan Barat, terdapat sebuah tradisi kuno yang diwariskan dari generasi ke generasi oleh Suku Dayak Bidayuh.
Tradisi ini dikenal dengan nama Nyobeng, sebuah upacara sakral yang melibatkan ritual memandikan tengkorak manusia.
Tengkorak-tengkorak ini, yang dulunya adalah kepala musuh yang dipenggal dalam peperangan masa lampau, kini tersimpan dengan rapi di Rumah Balug, bangunan khas Dayak yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan tengkorak.
Setiap tahunnya, upacara Nyobeng dilaksanakan sebagai bagian dari puncak ritual gawai, atau syukuran pascapanen. Tengkorak-tengkorak yang telah usang dimakan usia ini secara perlahan diturunkan dari Rumah Balug, diiringi oleh sorak-sorai nyanyian dan tabuhan genderang Simlog, serta dentingan gong dan kenong yang membahana.
Suasana mistis terasa begitu kental saat pemangku adat mengucapkan mantra-mantra sambil merawat tengkorak-tengkorak tersebut. Nyobeng bukan hanya sekadar ritual, melainkan juga simbol perdamaian yang telah terjalin antara Suku Dayak Bidayuh yang tinggal di wilayah Indonesia dan Malaysia.
Tengkorak-tengkorak ini dulu menjadi bukti dari pertempuran sengit antar suku, namun kini mereka dihormati dan dirawat sebagai bagian dari warisan budaya.
Baca: Mengenal Upacara Kematian Dayak Tunjung
Dalam prosesi Nyobeng, tengkorak-tengkorak ini dimandikan dengan air yang telah dibacakan mantra, diikuti dengan ritual melumuri tengkorak dengan darah babi yang baru disembelih.
Ritual ini bukan hanya menarik perhatian warga setempat, tetapi juga wisatawan dari dalam dan luar negeri, khususnya dari Malaysia.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bengkayang, Heru Pujiono, menyebutkan bahwa ritual Nyobeng telah diusulkan sebagai cagar budaya, mengingat pentingnya tradisi ini dalam menjaga identitas budaya Suku Dayak Bidayuh.
Perlahan tapi pasti, infrastruktur di daerah pedalaman Kalimantan tersebut terus diperbaiki. Pemerintah daerah telah memasang tiang-tiang listrik baru, meski masih ada beberapa rumah yang belum menikmati aliran listrik penuh.
Warga Desa Sebujit seperti Salome, menyaksikan perubahan ini dengan harapan besar, melihat bagaimana tradisi leluhur mereka kini mulai mendapat perhatian dan pengakuan lebih luas.
Baca juga: Lawang Sakepeng: Simbol Kebanggaan Budaya Dayak Ngaju
							










